Laporan Jurnalis: Isa Alima, | Editor: Kenzo_
ASWINNEWS.COM – Tajam, Akurat, Berimbang, Terpercaya, dan Ter-Update
BANDA ACEH | 6 Juni 2025 —
Di tengah derasnya arus informasi digital, masyarakat kembali diresahkan oleh pesan berantai di WhatsApp yang mengklaim bahwa rekening m-banking bisa dibobol hanya dengan mendengarkan voice note. Kabar ini menyebar cepat di berbagai grup percakapan dan media sosial, menimbulkan kekhawatiran, terutama di kalangan pengguna layanan perbankan digital.
Padahal, kabar tersebut adalah informasi bohong (hoaks) yang tidak memiliki dasar teknis maupun logis. Para ahli keamanan siber menyatakan, sistem m-banking saat ini telah dilengkapi enkripsi berlapis dan sistem otentikasi yang tidak dapat ditembus hanya melalui audio. Selain itu, aplikasi WhatsApp sendiri tidak memiliki fitur yang memungkinkan transmisi atau pencurian data hanya dari mendengarkan pesan suara.
“Saya hanya bisa tersenyum mendengar kabar seperti ini. Tidak masuk akal, tapi masih banyak yang percaya. Ini menunjukkan bahwa literasi digital kita masih rendah,” ujar seorang pegawai bank di Pidie yang enggan disebutkan namanya.
Isa Alima: Jangan Kalah oleh Kemalasan Berpikir
Menanggapi maraknya hoaks digital, Isa Alima, tokoh sosial dan pemerhati literasi asal Aceh, menegaskan pentingnya nalar kritis dan kecerdasan berpikir dalam menghadapi tsunami informasi di era teknologi.
“Ini bukan zaman gelap. Informasi ada di ujung jari kita. Tapi kalau malas mencari kebenaran, teknologi tidak akan bermanfaat,” kata Isa.
Ia mengingatkan bahwa kebanyakan hoaks menyebar bukan karena informasi itu masuk akal, tetapi karena dikirim oleh orang dekat—keluarga, teman, atau tokoh yang dianggap terpercaya. Ini serupa dengan fenomena lama seperti isu “beras plastik” yang sempat viral meskipun tidak berdasar secara ilmiah.
“Beras asli saja direbus berjam-jam baru bisa jadi ketupat. Masa plastik bisa jadi nasi? Tapi karena disebar orang terdekat, banyak yang percaya,” ujarnya.
Isa mengajak masyarakat untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tapi juga penjaga akal sehat. Ia mengimbau agar masyarakat membiasakan diri memverifikasi informasi, bertanya, dan mencari sumber resmi sebelum menyebarkan pesan apa pun.
“Tanyakan: Apakah ini masuk akal? Dari mana sumbernya? Siapa yang bicara? Jika ragu, cek ke media kredibel atau situs resmi pemerintah,” serunya.
Menurutnya, masyarakat yang kuat bukan yang tahu segalanya, tapi yang tidak mudah dibohongi dan terus mau belajar.
🛡 5 Langkah Sederhana Menangkal Hoaks di Era Digital
- Baca informasi dengan teliti sebelum percaya.
- Verifikasi kebenaran melalui situs resmi atau media terpercaya.
- Waspadai pesan dengan nada panik tanpa sumber jelas.
- Edukasi keluarga dan lingkungan tentang pentingnya literasi digital.
- Jadilah pelindung, bukan penyebar kabar bohong.
Dengan membangun budaya literasi informasi, masyarakat tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tetapi juga memperkuat ketahanan sosial bangsa dari serangan hoaks yang semakin canggih. Sebab dalam era digital, akal sehat dan nalar kritis adalah senjata utama melawan kebodohan yang menyamar sebagai kabar baik.
Redaksi AswinNews.com