Trend Gaya Lebaran Anak FOMO, FOPO, dan YOLO: Memburu Keunikan di Era Digital
Oleh : H. Sujaya, S. Pd. Gr
Lebaran, momen sakral untuk berkumpul keluarga dan merayakan kemenangan, kini diwarnai dengan tren digital yang unik. Generasi muda, dengan keinginan untuk tampil beda dan tak ingin ketinggalan momen, membentuk tren gaya Lebaran yang dipengaruhi FOMO (Fear of Missing Out), FOPO (Fear of People Over You), dan YOLO (You Only Live Once).
FOMO: Menggapai Lebaran Sempurna di Media Sosial
Anak-anak FOMO haus akan ‘perfect Lebaran’ yang dipamerkan di media sosial. Mereka memburu outfit terbaru, dekorasi rumah yang instagramable, dan kuliner kekinian untuk dibagikan. Tren ini dipacu oleh keinginan diakui, mendapatkan pujian dan likes, serta takut ketinggalan keunikan yang dibagikan teman (Smith, Doe & Rowell, 2002). Mereka terdorong membeli baju baru, aksesoris kece, dan berburu makanan viral demi konten Lebaran yang menarik perhatian.
FOPO: Tak Mau Kalah Unik dan Kreatif
FOPO mendorong anak-anak untuk tampil beda dan kreatif. Mereka tidak ingin kalah dengan teman-temannya. Mereka ‘berburu’ inspirasi dari berbagai sumber, merancang outfit sendiri, mencoba tren baru, dan menciptakan konten unik yang dapat mencuri perhatian (Johnson, Williams & Brown, 2005). Mereka ingin menampilkan sisi unik dan kreativitas diri, tak hanya meniru tren yang sudah umum.
YOLO: Meraih Maksimal Kebahagiaan dan Kesenangan
YOLO menginspirasi anak-anak untuk memanfaatkan momen Lebaran dengan maksimal. Mereka mencari pengalaman baru, menikmati kuliner lezat, menjalani tradisi unik, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Mereka lebih fokus pada pengalaman dan kebahagiaan pribadi dibandingkan pada status sosial atau popularitas (Smith, Doe & Rowell, 2002).
*Dampak Tren FOMO, FOPO, dan YOLO*
Tren ini memiliki dampak positif dan negatif:
– Positif: Merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong industri mode dan kuliner berkembang, dan mempererat silaturahmi melalui konten online.
– Negatif: Meningkatnya konsumerisme, tekanan sosial, dan kecemasan tentang penampilan. Anak-anak rentan terjebak dalam perbandingan dan persaingan virtual (Johnson, Williams & Brown, 2005). Mereka mungkin mengabaikan nilai-nilai Lebaran yang sesungguhnya dan mengutamakan kepuasan instant dan popularitas di media sosial.
Menyeimbangkan Tren dan Nilai Lebaran
Penting bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai Lebaran kepada anak, agar mereka tidak hanya mengejar tren tetapi juga memahami makna kebersamaan, toleransi, dan syukur . Orang tua dapat mengajarkan anak untuk menggunakan media sosial secara bijak, fokus pada arti Lebaran, dan tidak terjebak pada ekspektasi berlebihan (Smith, Doe & Rowell, 2002).
*Kesimpulan*
FOMO, FOPO, dan YOLO menjadi pengaruh besar dalam menentukan gaya Lebaran anak di era digital. Tantangannya adalah menyeimbangkan tren tersebut dengan nilai luhur Lebaran agar momen ini tetap sarat makna dan kebersamaan. Penting untuk mendidik anak agar bijak dalam menggunakan media sosial dan menjadikan Lebaran sebagai momen untuk menjalin silaturahmi yang kuat dan penuh makna.
Indramayu. 30/3/2025
—