Penulis,AbahRoy
Ketua DPC Aswin Kota Cirebon
Gelombang demonstrasi mahasiswa yang terjadi belakangan ini menimbulkan berbagai spekulasi. Di satu sisi, mahasiswa dikenal sebagai agen perubahan yang selalu berada di garis depan dalam mengawal kebijakan pemerintah. Namun, di sisi lain, muncul pertanyaan: apakah gerakan ini benar-benar murni atau ada kepentingan pihak ketiga yang menungganginya?
Mahasiswa turun ke jalan sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan yang dinilai tidak berpihak pada rakyat. Mereka mengkritisi berbagai isu, mulai dari kebijakan ekonomi, ketidakadilan sosial, hingga demokrasi yang dianggap terancam. Sebagai kekuatan moral, gerakan mahasiswa sering kali berperan dalam menjaga keseimbangan kekuasaan agar tetap sesuai dengan kepentingan rakyat.
Namun, tak dapat dimungkiri bahwa dalam dinamika politik, selalu ada kemungkinan intervensi dari kelompok tertentu yang ingin memanfaatkan momentum. Pihak-pihak dengan kepentingan politik, kelompok kepentingan ekonomi, hingga oposisi bisa saja ikut menyokong atau bahkan menyusup dalam gerakan ini untuk agenda mereka sendiri. Hal ini bukanlah fenomena baru dalam sejarah politik Indonesia.
Terlepas dari dugaan adanya pihak ketiga, esensi utama yang harus diperhatikan adalah substansi tuntutan mahasiswa. Pemerintah seharusnya tidak hanya fokus pada siapa yang berada di balik aksi, tetapi lebih pada apa yang disuarakan. Jika tuntutan mahasiswa benar dan berpihak pada rakyat, maka yang dibutuhkan bukan sekadar tudingan, melainkan respons konkret dalam bentuk kebijakan yang lebih baik.
Masyarakat pun perlu bersikap kritis. Apakah demonstrasi ini benar-benar mewakili kepentingan rakyat? Ataukah ada kepentingan tersembunyi yang bermain di balik layar? Yang jelas, demokrasi mengajarkan bahwa suara rakyat, termasuk mahasiswa, harus didengar—bukan hanya dicurigai.
Cirebon,21 Pebruari 2025
—
