Hilangnya Laporan Peliputan Dari Desa Kohod Mungkin Masuk Dalam Zona Perang Siber Di Media Sosial
Hilangnya Laporan Peliputan Dari Desa Kohod Mungkin Masuk Dalam Zona Perang Siber Di Media Sosial
Oleh : Jacob Ereste Wartawan Lepas
Ibarat petarung handal, tak mungkin selama proses pelatihan dan uji coba ketangguhannya tak pernah terkena pukulan lawan. Begitu juga pengalanan seorang penulis yang tak mungkin luput dari kehilafan dan kesalahan, apalagi hanya sekedar kelalaian misalnya kehilangan dokumen maupun data, termasuk tulisan yang untuk disajikan kepada publik sebagai bentuk nyata dari sumbangan pemikiran untuk ikut mencerdaskan kehidupan anak bangsa.
Pengalaman serupa ini acap kali terjadi ketika ambil bagian dalam upaya mengungkap ketidakadilan, terutama yang mendera kehidupan rakyat yang susah menjadi bertambah susah.
Bisikan moral untuk ikut meneriakkan suara rakyat tentang ketidakadilan serta kesewenang-wenangan akibat perilaku penguasa yang zalim hingga terjesan sangat gampang untuk diperakat oleh pihak pengusaha untuk mengeruk keuntungan yang berlipat, seakan telah menjadi sikap dan sifat yang jamak terjadi di negeri ini, karena mereka lakukan seperti tanpa pernah merasa sedikitpun berdosa dan kelak akan mendapat pula karma ganjarannya.
Pendek ceritanya, kisah tragis seorang penulis yang hendak mempublkasikan hasil liputan langsung dari lapangan tentang tindak kesewenang-wenangan yang terjadi di lapangan yang ditimpali dengan aksi dan unjuk rasa yang dilakukan rakyat bersama aktivis dan mahasiswa untuk menyelamatkan negeri ini dari ancaman keambrukan, seakan tidak kalah tragis dibanding dera dan derita yang dirasakan seorang penulis laporan pandangan matanya langsung dari lapangan yang kehilangan berita yang telah sempurna untuk segera dapat dipublikasikan.
Hilangnya tulisan hasil laporan dari liputan pandangan mata langsung dari lapangan seperti ini, terkesan kuat akibat disantet oleh pihak-pihak tertentu yang tak ingin berita buruk itu dipublis secara meluas agar perilaku busuk yang culas dari mereka yang membuat ulah bagi rakyat jadi semakin menderita, tidak terekspos ke publik.
Memang dari pengalaman seorang penulis yang cukup lama bergelut dalam bidang jurnalis serta lama menjadi penulis freelance, sudah sering terjadi tapi tidak dalam peristiwa seperti perang grilya melawan buzzer yang menjadi hantu di media sosial dengan cara mengheck atau menyantet sistem dari alat komunikasi yang berbasis komputer. Boleh jadi memang peralatan yang dimiliki memang kalah canggih atau memang sudah amoh, seperti usia renta yang sudah gampang terkena atau diserang berbagai penyakit yang aneh-aneh hingga bisa menambah kepusingan.
Namun dari semua peristiwa yang tragis ini, toh tetap harus bisa diambil hikmahnya. Setidaknya dapat dusadari bahwa terlalu banyah masalah yang sesungguhnya tidak mampu kita pahami seluruhnya. Sehingga kesempurnaan selalu berproses dan tidak perlu diharap dapat selesai. Ternasuk alat tulis yang digunakan, mungkin juga sudah mengalami kejenuhan seoerti rakyat di negeri ini yang terus menerus dirundung nasib yang malang.
Dengan prasangka yang baik — agar tak mrnimbulkan fitnah — hilangnya laporan dari Desa Kohod yang sudah berulang kali terjadi dalam keibginan merealase pemberitaan lainnya, bagusnya cukup pada dugaan kondisi peralatan komluter sendiri yang telah amoh, perlu remajanisasi atau di lem biru — istilah anak geberasi milineal hari ini untuk mengatakan agar alat tulis yang sudah usang itu dikemparkan saja, kemudian ganti dengan yang baru. Mungkin begitu cara yang lebih bijak. Hanya saja masalah dananya yang kini habis tersedot untuk memburu gas yang langka penjualannya di pasar.
Evaluasi Dan Pembekalan Mahasiswa Prodi Keperawatan Di Polindra IndramayuINDRAMAYU-ASWINNEWS.COM- Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) menggelar evaluasi…