Pesan Penuh Makna Rais Syuriyah PCNU Jombang Pada Puncak Peringatan 102 NU

Pesan Penuh Makna Rais Syuriyah PCNU Jombang Pada Puncak Peringatan 102 NU

JOMBANG-ASWINNEWS.COM- Puncak Peringatan Hari Lahir ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Masjid Agung Baitul Mukminin, Jombang,Senin (27/01/) tadi malam, berlangsung penuh hikmah.

Acara yang mengusung tema “Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat” ini dihadiri ribuan warga NU dari berbagai wilayah, meneguhkan kembali semangat persatuan dan perjuangan organisasi terbesar di Indonesia ini.

Dalam sambutannya, Ketua PCNU Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadzik, mengingatkan kembali pentingnya persatuan dalam keberagaman.

“Jombang adalah ibu kota NU. Kita harus mencontoh para pendahulu kita, bersatu dan berpegang teguh pada tali Allah, jangan sampai bercerai-berai,” tegasnya. Beliau juga menekankan kebanggaan menjadi bagian dari NU dan bangsa Indonesia. Berdasarkan survei, 60 persen warga Indonesia mengaku sebagai bagian dari NU, sebuah bukti kuat akan pengaruh organisasi ini.

KH Fahmi mengajak warga NU untuk memasuki organisasi dengan kelembutan dan kasih sayang, sesuai prinsip rahmatan lil ‘alamin. Beliau juga menyampaikan apresiasi kepada panitia yang telah mempersiapkan acara dengan baik, memastikan berlangsungnya kegiatan penuh makna ini.

KH Abdul Hakim Mahfudz: NU, Organisasi Terbesar di Dunia

Ketua PWNU Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz, menegaskan posisi NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia. Dalam sambutannya, beliau mengenang sejarah berdirinya NU pada tahun 1926 sebagai upaya mencegah perpecahan umat Islam.

“Dulu, umat Islam di Indonesia hanya mengenal satu paham, yaitu Ahlussunnah wal Jamaah, hingga pada tahun 1912 muncul paham-paham baru. Para ulama pesantren bersatu untuk menjaga persatuan umat melalui organisasi Nahdlatul Ulama,” ujar KH Abdul Hakim.

Beliau juga mengajak hadirin untuk meneladani perjuangan KH Hasyim Asy’ari yang mampu mempersatukan umat Islam dengan pemikiran brilian, seperti dalam kitab Al-Mawaidz.

KH Abdul Hakim menekankan pentingnya menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, bukan alasan untuk bermusuhan.

KH Ahmad Hasan: Harakah untuk Kehidupan Bermakna

Mengawali sambutannya, KH Ahmad Hasan mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam suksesnya acara ini. Beliau mengingatkan pentingnya harakah atau pergerakan dalam kehidupan. Mengutip dawuh KH Zulfa Mustofa, beliau menyampaikan, “Man laa harakata lahu falaa agenda lahu. Wa man laa agenda lahu falaa rukyata lahu. Wa man laa rukyata lahu falaa hayaata lahu.”

Pesan ini menegaskan, bahwa tanpa gerakan, seseorang tidak memiliki agenda, visi, maupun eksistensi dalam kehidupan.

KH Ahmad Hasan juga menekankan tiga agenda besar NU yang harus menjadi pedoman bersama: menjaga agama (Riayatud Diin), menjaga negara (Riayatud Daulah), dan menjaga manusia (Riayatud Naas). Ketiganya, menurut beliau, adalah inti dari perjuangan NU untuk membawa maslahat bagi umat dan dunia.

Pesan Persatuan dan Khidmah untuk NU

Puncak acara ini menjadi momentum refleksi bagi seluruh warga NU. Pesan-pesan mendalam dari para tokoh memberikan dorongan untuk terus berkhidmah dengan keikhlasan dan kesungguhan, menjadikan NU sebagai kekuatan yang tidak hanya menjaga agama, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan kemanusiaan. Peringatan ini juga menjadi pengingat akan perjuangan para pendahulu yang telah meletakkan fondasi kuat bagi organisasi ini.

Dengan semangat rahmatan lil ‘alamin, peringatan Hari Lahir ke-102 NU di Jombang mengukuhkan kembali posisi NU sebagai penjaga keutuhan agama, bangsa, dan kemanusiaan. Pesan-pesan yang disampaikan para tokoh menjadi motivasi bagi warga NU untuk terus bergerak maju dalam menjaga amanah perjuangan para ulama terdahulu.


(Mif)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *