Sejarah Pangeran Santri Dalam Menyatukan Warisan Sunda Dengan Ajaran Islam Di Sumedang

Sejarah Pangeran Santri Dalam Menyatukan Warisan Sunda Dengan Ajaran Islam Di Sumedang

Sumedang-aswinnews.com- Penyebaran Islam di Sumedang dimulai pada abad ke-16, ketika Pangeran Santri, seorang ulama asal Cirebon, menikahi Ratu Pucuk Umun, pemimpin kerajaan Sumedang Larang. Pernikahan ini bukan hanya mengikat dua kekuatan politik, tetapi juga membuka jalan bagi masuknya Islam ke wilayah Sumedang, yang saat itu merupakan pusat kekuasaan dan pewaris budaya Sunda Pajajaran.

Nana Sujana,Juru Kunci,Jum’at siang (10/01/2025) kepada aswinnews.com,mengatakan,Pangeran Santri, yang juga dikenal sebagai Pangeran Kusumadinata, adalah putra Maulana Muhammad alias Raden Kusen, yang berguru kepada Sunan Gunung Jati dan menjadi ulama terkemuka.

Ia melanjutkan,setelah menikahi Ratu Pucuk Umun, Pangeran Santri menggantikan posisi istri sebagai penguasa Sumedang Larang. Sebagai seorang santri, ia memiliki pengaruh yang kuat dalam penyebaran Islam di masyarakat Sumedang, yang dikenal sangat patuh kepada pemimpinnya.

” Namun, penyebaran Islam tidak dilakukan dengan cara terbuka atau kekerasan. Pangeran Santri mengadopsi pendekatan budaya dalam menyebarkan ajaran Islam, menggabungkan unsur-unsur budaya lokal dengan ajaran agama. Di bawah kepemimpinannya, Islam menyebar ke berbagai wilayah Sumedang melalui pengajaran agama, seni, dan budaya, seperti penggunaan seni gembyung untuk menyampaikan pesan-pesan Islam,” ujar Nana.

Lebih lanjut Nana Sujana menerangkan,pada tahun 1551, Pangeran Santri dan para santrinya mulai melibatkan diri dalam kehidupan budaya masyarakat, mengajarkan Al-Quran dengan cara yang mudah diterima, seperti melalui pupuh magatru dalam tradisi seni lokal. Pendekatan ini memungkinkan Islam diterima secara halus oleh masyarakat Sumedang.

Selain itu,masih kata Nana Sujana,penyebaran Islam juga didukung oleh ekspansi wilayah kerajaan Sumedang di bawah pemerintahan Prabu Geusan Ulun, putra pertama Pangeran Santri. Pada masa pemerintahannya, Sumedang berhasil menguasai hampir seluruh Jawa Barat bagian barat, termasuk wilayah Pajajaran, yang memperkuat pengaruh Islam di Tatar Sunda. Bukti sejarah dan kebudayaan Islam yang berkembang di Sumedang, seperti koleksi benda-benda budaya di Museum Prabu Geusan Ulun, menunjukkan betapa Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Sunda.

” Dengan meluasnya pengaruh kerajaan Sumedang Larang, penyebaran Islam juga turut berkembang, menyatukan tradisi lokal dengan ajaran Islam yang terus bertahan hingga kini. Proses Islamisasi ini menggambarkan bagaimana ajaran Islam bisa diterima melalui pendekatan yang bijak, tidak hanya melalui politik dan kekuasaan, tetapi juga melalui akulturasi budaya yang harmonis,” tutup Nana Sujana.

Herman
Biro Sumedang

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *