Oleh : Jacob Ereste
Wartawan Lepas
Budaya suku bangsa pelaut itu tidak hanya cukup ditandai oleh kedaulatan manusia Indonesia di laut, tetapj juga kemampuan untuk memaksimalkan potensi laut Indonesia secara maksimal sebagai sumber ekonomi, kekuasaan politik di wilayah laut Indonesia yang maha luas, dan budaya masyarakat laut yang terus berkembang dan memberi aspirasi dan inspirasi bagi seluruh warga bangsa Indonesia untuk bergerak dan beraktivitas bebas dan leluasa dengan kenyamanan serta kegembiraan menikmati seluruh sumber daya laut Indonesia yang luas merentang jauh lebih leluasa dibandingkan dengan daratan.
Karena itu tingkat mobilitas warga masyarakat antar pulau (transportasi) harus ditingkatkan pelayanan, kecepatan, kenyamanan serta fasiltas pendukung dari semua keperluan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber laut Indonesia. Sejenis hotel terapung untuk memenuhi fasilitas wisata pun dapat dikembangkan dalam pengelolaan dan pengawasan penuh dari Angkatan Laut Republik Indonesia yang terkesan tidak diberi kebebasan untuk dikembangkan fungsi dan peranan yang dibebankan kepadanya, kecuali mengamankan wilayah laut yang tidak mendapatkan fasiltas yang cukup dari pemerintah. Akibatnya pun berdampak kepada tingkat kesejahteraan yang tidak mendapat peluang untuk dapat ditingkatkan secara internal dari Angkatan Laut Republik Indonesia yang seharusnya lebih dari angkatan laut (marinir) yang dimiliki oleh bangsa atau negara asing.
Setidaknya, nyanyian tentang “Nenek Moyangku Bangsa Pelaut” tidak lagi semakin terkesan menjadi sebuah ironi dan geguyonan sinis generasi bangsa Indonesia hari ini yang beranggapan bahwa sejarah kejayaan suku bangsa leluhurnya dahulu itu sekedar kaleng-kaleng untuk menghibur diri seperti tradisi leluhur yang mewariskan juga tradisi dan budaya agraris yang pernah menjadi idola bagi bangsa-bangsa di dunia untuk datang ke nusantara lantaran rempah-rempah yang melimpah.
Budaya agraris dan budaya maritim, dua sisi mata uang yang saling melengkapi untuk memberi nilai penghargaan untuk daya tarik yang tidak dimiliki oleh bangsa- babgsa lain di dunia. Karena itu upaya untuk menghidupkan kembali budaya agraris atau sebaliknya — budaya maritim — bagi negera dan bangsa Indonesia sangat strategis, ketimbang mengkhayal untuk menjadikan negeri ini bertarung menjadi negara dan bangsa industri seperti yang telah dicapai negeri lain sejak beberapa abad silam.
Sumber ekonomi Indonesia di laut, mulai dari hasil laut hingga wisata laut yang dikelola dengan maksimal, tidak hanya akan memberi nilai ekonomi semata, tetapi juga kekayaan budaya maritim serta budaya agraris yang semakin kaya untuk memperkuat budaya sebagai soko guru kepribadian yang tangguh dan berjaya untuk bersanding setara dengan bangsa dan negara industri maju yang tidak perlu membuat anak bangsa Indonesia merasa jadi rendah diri, karena martabat masyarakat maritim dan agraris justru lebih memiliki keterikatan dengan ayat-ayat Tuhan yang ada di bumi.
Yang tidak kalah penting dari budaya agraris dan maritim adalah orientasi filosofisnya yang kuat tidak tercerabut serta abai pada nilai-nilai spiritual yang relatif dekat dengan Tuhan, dibanding budaya industri yang lebih dominan orientasinya bisnis, hanya untuk keuntungan semata, seperti birahi paham yang disemangati oleh kapitalisme yang terus mengumbar nafsunya dengan kesing barunya neo liberal. Sebab persaingan bebas yang terjadi dalam budaya agraris dan budaya maritim akan senantiasa disandarkan kepada keyakinan terhadap Tuhan Yang Masa Esa dengan segenap peralihan iklim dan cuaca sebagai milik Tuhan. Karenanya, upaya maksimal untuk menghadapi semua tantangan dalam budaya agraris maupun maritim ini — yang berada diluar kemampuan manusia — akan dengan sendirinya dikembalikan kepada Allah, sebagai pemilik alam dan jagat yang dihuni oleh manusia, yang dinyatakan dengan tegas sebagai khalifatullah di muka bumi.
Artinya, budaya maritim dan budaya agraris adalah pemberian Tuhan yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia yang tidak boleh disia-siakan. Sebab segenap potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia sungguh mumpuni untuk terus dikembangkan demi dan untuk kemaslahatan bagi bangsa dan negara Indonesia.
Banten, 11 Desember 2024