Padepokan Lingpasraga Dibangun Kang Yanto

Padepokan Lingpasraga Dibangun Oleh
Kang Yanto.


Sebagai pusat dakwah untuk menyebarkan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) melalui seni bela diri Pagar Nusa. Dengan visi yang kuat, Kang Yanto mengajak pemuda dan masyarakat untuk memahami nilai-nilai keislaman dan budaya Aswaja melalui kegiatan bela diri. Padepokan ini juga memiliki peran penting dalam mempererat silaturahmi dan memupuk persatuan, menjadi tempat bagi generasi muda untuk belajar dan memperdalam nilai spiritual serta kebangsaan dalam suasana yang harmonis.
Pada awal berdirinya, hanya ada empat santri putra dan putri yang dikenal sebagai “Empat Penjuru.” Dan kini jumlah santriwan dan santriwati telah berkembang hingga hampir 500 orang. Di bawah bimbingan Kang Yanto, padepokan ini telah mencetak banyak prestasi, termasuk 15 santri yang meraih medali perak, emas, dan tembaga dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh KONI dan IPSI Jombang.

Selain pencak silat, padepokan ini juga mengajarkan ilmu kanuragan dan ilmu hikmah. Setiap malam Senin, diadakan pengajian bulanan yang dipimpin oleh Kang Huda, Kang Imron, dan Kang Arsyad. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran di rumah-rumah wali santri, memperkuat hubungan antara santri, keluarga, dan masyarakat sekitar, serta memperdalam pembinaan spiritual yang menjadi bagian penting dari kehidupan di padepokan.

Padepokan Lingpasraga berdiri di Dusun Kedung Urip, Desa Megaluh, Kecamatan Megaluh. Kehadiran padepokan ini mendapat dukungan penuh dari warga NU, pengurus NU MWC NU Megaluh, serta berbagai tokoh lintas agama. Dukungan ini juga meluas ke perguruan-perguruan lain di Kecamatan Megaluh, yang turut mendukung perkembangan padepokan tersebut. Dengan dukungan yang kuat ini, Padepokan Lingpasraga menjadi pusat dakwah dan pembinaan bagi generasi muda, mengedepankan nilai-nilai Aswaja dan membangun kebersamaan serta persatuan di tengah masyarakat Megaluh.

Padepokan Lingpasraga memiliki tujuan untuk mempererat hubungan dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika serta menciptakan keharmonisan yang guyub rukun di antara berbagai kalangan lintas agama dan lintas organisasi kemasyarakatan (ormas). Melalui pendekatan ini, Lingpasraga tidak hanya menjadi tempat pembinaan bela diri dan spiritual, tetapi juga wadah bagi masyarakat yang beragam untuk berkumpul, berdiskusi, dan bekerja sama, menjunjung tinggi toleransi dan kebersamaan.(Mif)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *