Sinergi Pekerja Ojol Dengan Serikat Buruh Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Yang Berkeadilan dan Manusiawi

Sinergi Pekerja Ojol Dengan Serikat Buruh Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Yang Berkeadilan dan Manusiawi


Oleh : Jacob Ereste
Wartawan Lepas


Ojek Online (Ojol) telah memberi kontribusi besar terhadap masalah buruh di Indonesia ketika gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) tidak bisa dihindarkan apalagi untuk mengatasinya. Sebab kaum buruh yang kehilangan pekerjaan dan hilangnya penghasilan tetap dapat melakukan pekerjaan sebagai Ojol untuk menutupi kebutuhan keluarga dan dirinya sehari-hari dengan menekuni profesi pekerjaan sebagai penjual jasa melalui Ojol.

Akibat terbukanya peluang kerja untuk Ojol bagi kaum buruh yang kehilangan pekerjaan bisa dengan mudah terserap — teredam — oleh Ojol tanpa harus lebih ngotot mempertahankan posisinya dari pekerjaan semula yang lebih memberi jaminan pada masa depan dalam pekerjaan yang berkelanjutan.

Namun masalah dari posisi pekerja pelayanan jasa pengantar orang atau barang ini yang dapat diperankan oleh pekerja Ojol menjadi semakin tentang dari jaminan adanya kesejahteraan yang dapat dipastikan. Sebab bila tidak bekerja — karena sakit atau sedang berhalangan karena ada keperluan lain yang sangat mendesak — maka penghasilan sehari-hari tidak bisa diperoleh. Karena bila tidak kerja, maka tidak akan ada penghasilan. Lain halnya dengan buruh sebagai pekerja tetap, bisa mendapat ijin dan tetap memperoleh upah sebagaimana yang telah menjadi ketentuan dalam UU Ketenagakerjaan.

Oleh karena itu, bagi pekerja Ojol perlu dipikirkan cara terbaik untuk memperoleh penghasilan tetap, ketika yang bersangkutan tidak dapat melakukan pekerjaannya. Maka itu, masalah pekerja Ojol merupakan satu bidang pekerjaan yang relatif gampang diperoleh, namun sangat tentang dari jaminan kesejahteraan yang bisa didapat. Apalagi belakangan ini, penghasilan pekerja Ojol menjadi semakin sulit, bukan saja lantaran persaingan semakin banyak yang menjadi pekerja Ojol, tetapi juga tingkat kesejahteraan — pendapatan — semakin susah. Kecuali semua harga terus membumbung tinggi, sementara penghasilan semakin rendah hasilnya yang bisa didapat.

Oleh karena itu, pekerja pelayanan jasa yang menekuni pekerjaan Ojol perlu membangun sebuah organisasi yang berfungsi untuk menyatukan persepsi serta solidaritas yang lebih bersifat gotong royong, saling membantu dan mengatasi masalah secara bersama, minimal dalam upaya melakukan negosiasi, kesepakatan dengan pihak pengelola Ojol guna memperbaiki tingkat kesejahteraan yang semakin tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarga yang harus ditanggung kebutuhan hidupnya.

Dari berbagai informasi yang diperoleh Atlantika Institut Nusantara, penghasilan pekerja Ojol — baik untuk jasa pengantaran orang maupun pengantar barang — dalam seharian bekerja sekarang ini sudah sangat sulit untuk memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp 200.000,- perhari. Artinya, dengan penghasilan maksimal sebesar itu dengan bekerja penuh seharian yang disela istirahat makan siang — maka hasil yang bisa dibawa ke rumah paling banyak hanya sebesar Rp 100.000,- per hari.

Jadi, dari bilangan penghasilan maksimal sebesar itu setiap harinya, dapat segera dibayangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja untuk mereka yang telah memiliki dua orang anak belum untuk biaya sekolah sudah sangat merepotkan untuk mengatur keuangan dalam rumah rumah tangga. Karena itu, pihak pengelola usaha Ojol dapat memberi kebijakan dalam mengenakan tarif Ojol dengan persentase potongan keuntungan untuk pihak pengelola agar tidak terlalu memberatkan pihak pekerja. Sehingga kelanggengan pekerja Ojol dapat terus berkelanjutan.

Kecuali itu, organisasi serikat pekerja Ojol perlu membuat semacam koperasi anggota yang dapat memberi bantuan, ketika pekerja Ojol mengalami suatu kesulitan. Mulai dari pinjaman bunga yang ringan hingga cara melunasi pinjaman yang tidak memberatkan. Selain itu, organisasi pekerja Ojol dapat mewakili suara dan aspirasi anggota untuk memajukan bidang pekerjaan pelayanan jasa Ojol untuk diajukan kepada pihak pengelola Ojol, sehingga tingkat kenyamanan kerja dapat berlangsung harmoni, tanpa satu pihak pun merasa menjadi sapi perahan. Toh, status dari keberadaan pengusaha Ojol sendiri memposisikan diri sebagai mitra dengan pihak pekerja yang melakukan pelayanan jasa kepada publik, baik dalam bentuk barang maupun pengantar orang per orang.

Untuk merumuskan bentuk atau format organisasi pekerja Ojol kiranya dapat disinkronkan dengan model serikat buruh atau serikat pekerja yang telah ada di Indonesia. Kendati model dan bentuknya tidak harus persis sama — karena harus disesuaikan dengan cara kerja dan sistem Ojol yang ada, namun pada hakekatnya tujuan dari organisasi Ojol itu untuk dapat melindungi dan meningkatkan jaminan kesejahteraan bagi pekerja Ojol yang berkeadilan dan manusiawi.


Banten, 20 April 2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *