Fenomena Gray Divorce dan Empty Nest di Indonesia,Respon dan Solusinya


Fenomena Gray Divorce dan Empty Nest di Indonesia, Respon dan Solusinya

Oleh : Sujaya, S. Pd. Gr.
(Penasehat DPP ASWIN)

A. Fenomena Gray Divorce dan Empty Nest di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena gray divorce (perceraian pasangan lansia) dan empty nest (kondisi saat anak-anak telah mandiri dan meninggalkan rumah orang tua) semakin mendapat perhatian di Indonesia. Kedua fenomena ini memiliki dampak sosial, psikologis, dan ekonomi yang signifikan, terutama dalam konteks budaya Indonesia yang masih mengutamakan nilai kekeluargaan.

1. Fenomena Gray Divorce

Pengertian dan Tren di Indonesia

Gray divorce merujuk pada perceraian yang terjadi di kalangan pasangan berusia lanjut, umumnya di atas 50 tahun.

Di antara deretan keluarga orang terkenal dan selebriti yang mengalami Gray divorce sebut saja diantaranya Addie MS (musisi) dan Memes setelah 30 tahun menikah, saat itu Addie berumur 64 tahun. Ahmad Dhani dan Maia Estianty karena perselingkuhan suaminya setelah bertahan 12 tahun dll.

Di tingkat dunia yang mengalami Gray Divorce ada Bill Gates (CEO Microsoft) dan Melinda Gates setelah 27 tahun menikah, Elon Musk (pendiri SpaceX) dan Talulah Riley setelah menikah 45 tahun, Donal Trump dan Ivana Trump setelah 18 tahun menikah. Di kalangan selebriti ada Arnold Schwarzenegger dan Maaria Shriver setelah 25 tahun menikah, Al Pacino dan Beverly D’ Angelo setelah lebih satu dekade menikah lalu Mel Gibson dan Robyn Moore setelah 31 tahun menikah dan lainnya.

Tren ini mulai meningkat di Indonesia meskipun perceraian di usia muda masih mendominasi. Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan gray divorce antara lain:

1. Perubahan Dinamika Sosial

Wanita semakin mandiri secara finansial dan lebih berani mengambil keputusan untuk bercerai jika merasa tidak bahagia.

Norma sosial yang semakin terbuka terhadap perceraian di usia lanjut.

2. Masalah dalam Pernikahan yang Lama Terpendam

Setelah anak-anak dewasa, pasangan mungkin menyadari bahwa mereka sudah kehilangan kedekatan emosional.

Konflik yang selama ini ditunda akhirnya muncul ketika sudah tidak ada lagi alasan untuk bertahan.

3. Faktor Ekonomi dan Kesehatan

Masalah finansial di masa pensiun bisa memicu konflik.

Penyakit kronis atau ketergantungan pada pasangan bisa menjadi beban yang sulit ditanggung.

4. Pengaruh Teknologi dan Media Sosial

Koneksi dengan orang lain melalui media sosial bisa membuka kemungkinan untuk menjalin hubungan baru di luar pernikahan.

2. Fenomena Empty Nest

B. Pengertian dan Dampak di Indonesia

Fenomena empty nest terjadi ketika anak-anak telah meninggalkan rumah untuk bekerja, menikah, atau menempuh pendidikan, sehingga orang tua, terutama ibu merasa kesepian dan kehilangan tujuan hidup.

Dampak utama dari empty nest meliputi:

1. Dampak Psikologis

Perasaan kesepian, kecemasan, bahkan depresi, terutama bagi orang tua yang sangat bergantung secara emosional pada anak-anaknya.

Kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan tanpa anak di rumah.

2. Dampak Sosial

Orang tua yang tidak memiliki kegiatan atau pergaulan luas cenderung merasa terisolasi.

Dalam beberapa kasus, orang tua mungkin mulai terlalu mengontrol kehidupan anak-anak mereka yang sudah mandiri.

3. Dampak terhadap Pernikahan

Empty nest bisa memperkuat hubungan suami istri yang harmonis karena mereka memiliki lebih banyak waktu bersama.

Sebaliknya, bagi pasangan yang hubungannya sudah renggang, kondisi ini bisa mempercepat perceraian (gray divorce).

3. Respons dan Solusi

Untuk menghadapi fenomena gray divorce dan empty nest, beberapa langkah dapat dilakukan:

1. Mempersiapkan Kehidupan di Usia Lanjut

Merencanakan keuangan dengan baik agar tidak tergantung pada pasangan.

Mengembangkan hobi atau aktivitas sosial yang bisa memberikan kebahagiaan di masa tua.

2. Memperkuat Hubungan dengan Pasangan

Melakukan komunikasi yang lebih terbuka dan membangun kembali kedekatan emosional.

Mencari kegiatan yang bisa dilakukan bersama, seperti traveling atau bergabung dalam komunitas.

3. Menjalin Relasi Sosial yang Lebih Luas

Aktif dalam komunitas sosial, kegiatan keagamaan, atau organisasi lansia.

Mengembangkan keterampilan baru yang bisa memberi makna dalam kehidupan.

4. Dukungan Keluarga dan Masyarakat

Anak-anak bisa tetap menjaga komunikasi yang baik dengan orang tua agar mereka tidak merasa ditinggalkan.

Pemerintah dan komunitas dapat menyediakan program yang mendukung kesejahteraan lansia, seperti kegiatan sosial dan layanan psikologis.

C. Kesimpulan

Fenomena gray divorce dan empty nest semakin nyata di Indonesia, terutama dengan perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat.

Meskipun menantang, kedua fenomena ini bisa diatasi dengan persiapan yang baik, dukungan sosial, dan pola pikir yang positif terhadap kehidupan di usia lanjut.

Indramayu. 19/3/2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *