Brilliant Jeks,Orang Pintar Dan Hebat Tetapi Memiliki Attitude Beracun

Brilliant Jerks, Orang Pintar Dan Hebat Tetapi Memiliki Attitude Beracun

Oleh : Sujaya, S. Pd. Gr.
(Dewan Penasehat DPP ASWIN)

Dalam sebuah perusahaan ataupun instansi tentu dibutuhkan orang-orang yang brilliant. Mereka merupakan orang-orang yang pintar, kreatif, produktif dan hebat. Tetapi ternyata mereka adalah memiliki prilaku yang merusak kultur manajemen.

Teori tersebut untuk kali pertama dikemukakan oleh Reed Hastings CEO Netflix dalam Netflix Culture Deck (2009) yang kemudian menjadi buku ” No Rules Rules : Netflix and The Culture of Reinvention” (2020, ditulis bersama Erin Meyer). Mereka sebenarnya sangat membutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan kerja seperti itu. Namun ternyata mereka memiliki prilaku yang membahayakan bagi orang lain dan sangat beracun dalam tim dan manajemen.

Menurut Pakar Manajemen dan Akademisi dari Indonesia, Renald Kasali dalam buku Self- Driving, mereka diistilahkan dan diibaratkan sebagai Bad-Driver, mereka ugal-ugalan dalam bekerja sehingga mereka sangat membahayakan buat orang lain karena mereka memilikinya attitude yang negatif. Buat perusahaan lain mungkin dibutuhkan tetapi tidak bagi Netflix, sehingga teori ini berkembang dan diikuti oleh perusahaan yang lain. Orang-orang itu oleh Reed Hastings disebut sebagai Brilliant Jerks. Menurutnya, “Hire for attitude train for skill” Skill bisa kita berikan agar menjadi orang-orang hebat, tetapi cara dan prilaku kerjanya harus bisa mengangkat tim, bukanya membahayakan tim.

A. Siapa itu Brilliant Jerks?

Brilliant Jerks adalah individu yang sangat berbakat, kreatif, produktif dan hebat, tetapi memiliki sikap yang merusak dan beracun dalam lingkungan kerja.

Berikut adalah beberapa perilaku negatif mereka:

1. Meremehkan Orang Lain
Menganggap rekan kerja kurang kompeten atau tidak sepandai mereka. Mengkritik dengan cara yang merendahkan, bukan membangun.

2. Tidak Bisa Bekerja dalam Tim

Lebih suka bekerja sendiri dan mengabaikan kolaborasi. Tidak mau berbagi pengetahuan atau membantu rekan kerja.

3. Arogan dan Tidak Terbuka terhadap Kritik

Selalu merasa benar dan tidak mau menerima masukan.
Menganggap pendapat orang lain tidak penting.

4. Menyebarkan Budaya Negatif

Menciptakan lingkungan kerja yang penuh ketegangan dan stres. Membuat orang lain merasa tidak nyaman atau takut berbicara.

5. Mengutamakan Hasil, Mengabaikan Proses

Mengejar kesuksesan pribadi tanpa peduli dampaknya pada tim. Tidak peduli dengan budaya perusahaan atau nilai-nilai organisasi.

6. Sulit Berempati

Tidak peduli dengan perasaan atau kesejahteraan rekan kerja. Menganggap emosionalitas sebagai kelemahan.

Meskipun cerdas dan berbakat, perilaku negatif Brilliant Jerks bisa merusak moral tim dan produktivitas jangka panjang. Banyak perusahaan lebih memilih lingkungan kerja yang sehat daripada mempertahankan individu seperti ini.

B. Teori tentang Brilliant Jerks

Istilah “Brilliant Jerks” populer dalam dunia bisnis dan manajemen, tetapi tidak ada satu penemu tunggal yang secara resmi menciptakannya.

Asal-usul Istilah “Brilliant Jerks”

1. Reed Hastings (CEO Netflix)

Istilah ini banyak dikaitkan dengan Reed Hastings, CEO Netflix.

Dalam Netflix Culture Deck (2009), yang kemudian menjadi buku “No Rules Rules: Netflix and the Culture of Reinvention” (2020, ditulis bersama Erin Meyer), disebutkan bahwa:

“We don’t tolerate brilliant jerks. The cost to teamwork is too high.”

Netflix memilih untuk tidak mempertahankan individu berbakat yang merusak budaya kerja.

2. Ben Horowitz (Pendiri Andreessen Horowitz, investor teknologi)

Dalam bukunya “The Hard Thing About Hard Things” (2014), Ben Horowitz membahas tentang bagaimana individu yang sangat cerdas tetapi sulit diajak bekerja sama bisa menjadi ancaman bagi perusahaan.

Meskipun istilah ini menjadi terkenal karena Netflix, konsep tentang individu berbakat tetapi beracun dalam organisasi telah lama dibahas dalam dunia kepemimpinan dan manajemen.

Dalam buku “Self-Driving” yang ditulis oleh Rhenald Kasali, seorang akademisi, penulis, dan pakar manajemen asal Indonesia.

Buku ini membahas tentang kemandirian, kepemimpinan, dan bagaimana seseorang bisa mengambil kendali atas hidupnya sendiri. Konsep utamanya adalah bagaimana individu dapat menjadi “pengemudi” (driver) dalam kehidupannya sendiri, bukan sekadar “penumpang” (passenger) yang hanya mengikuti arus tanpa arah yang jelas.

Beberapa Pokok Bahasan dalam Buku

1. Mentalitas Driver vs. Passenger

Driver: Orang yang proaktif, bertanggung jawab, dan mau mengambil inisiatif. Passenger: Orang yang pasif, hanya menunggu perintah, dan cenderung menyalahkan keadaan.

2. Pentingnya Mindset dan Growth Mindset

Perubahan hanya bisa terjadi jika seseorang memiliki pola pikir yang berkembang. Orang sukses selalu mencari cara untuk beradaptasi dan belajar.

3. Menghadapi Perubahan dan Disrupsi

Bagaimana teknologi dan perubahan zaman mempengaruhi pola pikir manusia. Kemandirian dalam menghadapi ketidakpastian.

4. Membangun Kepemimpinan Pribadi

Setiap orang bisa menjadi pemimpin dalam hidupnya sendiri. Cara membangun disiplin dan kebiasaan pribadi.

C. Bagaimana Perusahaan dan Pribadi Menyikapi?

Brilliant jerks adalah individu yang sangat berbakat atau berprestasi tetapi memiliki sikap buruk, seperti arogan, sulit bekerja sama, atau merusak budaya kerja. Baik perusahaan maupun individu perlu menangani mereka dengan strategi yang tepat agar dampaknya tidak merugikan.

1. Cara Perusahaan Menyikapi Brilliant Jerks

a. Tetapkan budaya kerja yang jelas.
Pastikan nilai perusahaan mengutamakan kerja sama dan sikap profesional, bukan hanya hasil individu.

b.Ukur performa secara menyeluruh .
Evaluasi tidak hanya berdasarkan pencapaian, tetapi juga perilaku dan dampaknya terhadap tim.

c. Beri umpan balik tegas
Jika seseorang berperilaku buruk, beri tahu mereka dengan jelas dan berikan kesempatan untuk berubah.

d. Buat sistem konsekuensi.
Jika perilaku mereka tetap merusak, pertimbangkan peringatan, pembinaan, atau bahkan pelepasan dari perusahaan.

e. Lindungi budaya tim Jangan biarkan individu berbakat tetapi toksik merusak moral tim.

2. Cara Pribadi Menyikapi Brilliant Jerks

a. Tetap profesional Jangan terbawa emosi, tetap fokus pada pekerjaan dan komunikasi yang efektif.

b. Gunakan komunikasi asertif
Jika perlu bekerja sama, sampaikan batasan dan harapan dengan tegas namun sopan.

c. Cari dukungan dari rekan kerja
Bangun aliansi positif agar tidak merasa sendirian dalam menghadapi orang seperti ini.

d. Laporkan jika diperlukan.
Jika perilaku mereka sudah melewati batas, laporkan ke atasan atau HR dengan bukti yang jelas.

e. Pertimbangkan opsi lain.
Jika lingkungan kerja sudah sangat toksik, pikirkan kemungkinan pindah tim atau mencari peluang lain.

Brilliant jerks bisa memberikan dampak besar, tetapi jika dibiarkan tanpa pengelolaan, mereka bisa lebih merusak daripada membantu. Oleh karena itu, keseimbangan antara bakat dan sikap harus selalu dijaga.

Indramayu. 17/3/2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *