Puisi Dan Sajak Yang Hilang Dalam Kerumunan Aksi Dan Unjuk Rasa Di Monas


Puisi Dan Sajak Yang Hilang Dalam Kerumunan Aksi Dan Unjuk Rasa Di Monas


Oleh : Jacob Eresete
Wartawan Lepas


Pada bulan ramadhan yang penuh berkah, di kampung kami biasanya dulu pertumbuhan pasar dadakan panganan untuk berbuka puasa. Tapi tahun ini yang banyak muncul justru pasal korupsi dan penyogokan.

Tak sedikit diantaranya yang didaur ulang, seperti makanan agar tak basi, bisa dipasarkan lagi pada saatnya diperlukan.

Hukum pun banyak dijadikan menu sajian, entah untuk siapa saja yang tak lagi pernah kelihatan batang hidungnya.

Info yang belum bisa dikonfirmasi kebenarannya, mereka yang menjadi sandra politik akibat terbelit pasal korupsi sedang tawar menawar untuk tukar guling kasus yang pernah anda dengar.

Itulah pasar gelap baru yang semakin terang benderang membuka lapak jual beli pasal dengan diskon yang cukup menggiurkan.

Sesekali memang ada lelang secara terbuka untuk sekedar meramaikan suasana transaksi agar dapat terus menguntungkan.

Memang tidak ada peluang bagi yang tidak punya duit banyak. Karena nilai nominal paling rendah senilai satu bank swasta yang paling murah. Syukur-syukur bisa sedikit membayangi nilai 1.000 triliun yang didulang dari kilang minyak yang menyedot perut bumi dari kampung kita juga.

Meski Pak Lurah terlihat gerah dan gelisah, toh dia bisa vakansi sejenak kapan saja dan bisa ke mana saja sebebas saat dia berkuasa.

Toh, anak keturunannya telah menjadi pamong yang bisa menjamin keamanan hidupnya sampai ajal menjemput dengan upacara penguburan yang tak jelas do’a yang dibacakan untuk arwahnya.

Penggalan tulisan di atas, jelas dikutif seorang penyair dari tembok yang tersirat bersama grafiti yang bertebaran di berbagai kota, ketika dia sedang mencari puisi dan sajaknya yang hilang ditengah kerumunan massa yang kelelahan seusai aksi babak pertama dilakukan. Padahal, puisi dan sajaknya itu akan dia bacakan dalam acara aksi dan unjuk rasa menjelang malam yang gelap akibat tema aksi yang sosial diusung oleh adik-adik mahasiswa yang sudah gerah di bangku kuliah.

Hari ini, himpunan aksi dan unjuk rasa justru dikomando oleh Emak-emak yang marah akibat harga sembako dan gas elpiji yang mengganggu konsentrasi masak mereka pun menjadi setengah matang. Dan dengan aksi serta orasi yang penuh semangat, rasa lapar bersama keluarga mereka bisa ditumpahkan di sepanjang jalan.


Tugu Monas Jkt, 8 Maret 2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *