Oleh: Dr. H. Aguslani Muslih, M.Ag
Pembina DPD ASWIN Jawa Barat
Editor,abahroy Redaksi Aswinnews.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba cepat, kita sering kali terjebak dalam rutinitas yang melenakan. Kita sibuk mengejar dunia, tetapi lupa bahwa dunia ini hanyalah persinggahan. Kita seolah-olah hidup selamanya, padahal setiap napas yang kita hirup adalah langkah menuju kematian.
Dalam kesibukan itu, petuah para ulama menjadi pelita yang membangunkan kesadaran kita. Salah satunya datang dari Imam Syaqiq Al-Balkhi, seorang ulama besar yang pernah berkata:
“Aku mencari lima hal, dan aku temukan lima solusinya.”
Sebuah nasihat sederhana, tetapi menyimpan kedalaman hikmah tentang jalan-jalan keselamatan yang sering kita abaikan.
Sholat Dhuha: Jalan Meninggalkan Dosa
Imam Syaqiq menemukan bahwa sholat Dhuha adalah jalan untuk meninggalkan dosa. Bukan sekadar ibadah sunah, sholat Dhuha menjadi penjernih hati dan pelindung diri. Dengan membiasakan sholat Dhuha, kita melatih diri untuk mengisi waktu dengan kebaikan. Dosa tak akan punya ruang jika hidup kita dipenuhi dengan amal saleh sejak pagi.
Sholat Malam: Cahaya dalam Gelapnya Kubur
Ketika malam menjadi saksi bisu dan kebanyakan manusia terlelap, orang-orang yang dicintai Allah justru terjaga dalam sholat malam. Inilah amalan yang disebut sebagai cahaya kubur. Sholat malam adalah latihan keikhlasan tertinggi, karena dikerjakan dalam sunyi, tanpa riya, tanpa ingin dilihat orang lain.
Al-Qur’an: Jawaban Munkar dan Nakir
Pertanyaan Munkar dan Nakir di alam kubur tidak cukup dijawab dengan hafalan lisan, melainkan harus dihidupi dengan amalan. Al-Qur’an adalah sahabat setia yang akan menjadi pembela kita kelak. Membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an sejak di dunia adalah jawaban terbaik yang akan menyelamatkan kita di akhirat.
Puasa dan Sedekah: Bekal Melewati Shirothol Mustaqim
Jembatan Shirothol Mustaqim — yang lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang — hanya bisa dilalui dengan bekal puasa dan sedekah. Puasa mengajarkan kesabaran, sedekah melatih keikhlasan. Keduanya akan menjadi sebab ringan dan selamatnya langkah kita ketika meniti jembatan menuju surga.
Berkhalwat: Naungan di Bawah ‘Arsy
Di hari yang tak ada naungan kecuali naungan Allah, salah satu yang mendapat perlindungan adalah mereka yang gemar berkhalwat — menyendiri untuk berdzikir dan merenung. Di zaman yang bising dan penuh distraksi, berkhalwat bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan spiritual agar kita tidak kehilangan arah.
Menutup dengan Muhasabah
Apa yang disampaikan Imam Syaqiq Al-Balkhi sejatinya adalah undangan untuk berbenah. Lima jalan keselamatan itu bukan beban, melainkan karunia yang justru meringankan perjalanan kita. Jangan menunggu tua untuk memulai, karena kematian tidak menunggu kesiapan kita.
Mari kita muhasabah: sudahkah kita menapaki jalan-jalan keselamatan itu? Waktu terus berjalan, kesempatan tak selalu datang dua kali.
Semoga Allah memudahkan langkah kita menuju ridha dan naungan-Nya. Aamiin.
Cianjur,30 Juni 2025