Oleh: Dr. Hardika Prayudi Styawan, M.Pd., M.M.
Inisiator Himpunan Pendidik dan Pengajar Muda Indonesia (HIPPMI)
Surabaya – aswinnews.com –
Menjadi pendidik di era sekarang bukan sekadar mengajar di depan kelas atau menyampaikan materi sesuai silabus. Kita hidup di zaman ketika guru dan dosen dituntut untuk menjadi inspirator, pembimbing nilai, sekaligus pelita bagi siswa yang datang dengan beragam latar belakang dan harapan. Maka tak heran jika keunggulan pribadi atau yang dikenal dengan istilah personal excellence semakin penting dimiliki oleh setiap pendidik.
Apa itu personal excellence? Sederhananya, ini adalah kualitas diri yang unggul, bukan hanya secara profesional, tetapi juga secara karakter. Seorang pendidik yang memiliki personal excellence tahu betul siapa dirinya, paham nilai yang dipegang, dan mampu menjaga integritas di tengah berbagai tantangan. Ia bukan hanya mengajarkan pengetahuan, tapi juga menjadi contoh hidup tentang bagaimana bersikap bijak, sabar, dan terus belajar.
Stephen Covey (2004), penulis buku legendaris The 7 Habits of Highly Effective People, menyebut bahwa keunggulan pribadi dimulai dari diri sendiri yakni dari keberanian untuk proaktif, memiliki tujuan hidup yang jelas, dan mampu menata prioritas dengan bijak. Jika pendidik hidup dengan prinsip-prinsip seperti ini, maka ia tidak hanya sukses dalam profesi, tapi juga menjadi pribadi yang kuat dan menginspirasi.
Di sisi lain, seorang pendidik yang unggul juga ditandai dengan kemampuannya mengelola emosi. Daniel Goleman (2006) menyebutkan dalam konsep kecerdasan sosial bahwa empati, kesabaran, dan kemampuan membangun hubungan yang sehat adalah kunci menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan. Bayangkan seorang guru yang mampu memahami suasana hati siswanya, yang tahu kapan harus menguatkan dan kapan harus memberi ruang. Pasti siswa akan merasa lebih nyaman dan bersemangat untuk belajar.
Fakta ini pun diperkuat oleh penelitian Day & Gu (2010) yang menunjukkan bahwa guru dengan dedikasi tinggi dan daya tahan pribadi yang kuat cenderung memberi pengaruh positif yang besar terhadap perkembangan muridnya, bahkan dalam jangka panjang. Guru seperti ini mampu bertahan di tengah tekanan, tetap memberi yang terbaik, dan menjadi figur yang dikenang murid hingga bertahun-tahun kemudian.
Yang menarik, keunggulan pribadi ini bukan sesuatu yang dimiliki sejak lahir, melainkan bisa dibentuk. Carol Dweck (2006) lewat konsep growth mindset menjelaskan bahwa siapa pun bisa berkembang asal memiliki pola pikir yang terbuka, yakni keyakinan bahwa kemampuan bisa ditingkatkan lewat usaha, refleksi, dan pengalaman. Pendidik dengan pola pikir ini akan terus belajar, terbuka terhadap kritik, dan tidak mudah puas dengan capaian sesaat.
Personal excellence bukan tentang kesempurnaan, tapi tentang komitmen untuk terus tumbuh menjadi lebih baik. Seorang pendidik yang unggul tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga menyalakan harapan. Maka mari kita terus melangkah, belajar, dan saling menguatkan, karena pendidikan yang hebat dimulai dari pribadi-pribadi yang berani menjadi unggul.
Namun tentu saja, perjalanan menjadi pendidik unggul tidak selalu mulus. Dibutuhkan lingkungan yang mendukung, komunitas yang saling menguatkan, serta ruang berbagi pengalaman dan pengetahuan. Karena itulah Himpunan Pendidik dan Pengajar Muda Indonesia (HIPPMI) hadir sebagai ruang tumbuh bersama bagi para pendidik muda sebagai tempat belajar, berdiskusi, dan merancang perubahan nyata di dunia pendidikan. Mari jadi bagian dari gerakan pendidik muda yang siap menginspirasi, berkolaborasi, dan menciptakan perubahan yang berdampak bagi masa depan Indonesia.