Oleh : H. Sujaya, S. Pd. Gr.
(Dewan Penasihat DPP ASWIN)
Indramayu. 3/5/2025
aswinnews.com
Setiap kali tahun ajaran berakhir, ada satu hal yang sering terjadi di banyak sekolah: pemberian hadiah dari orang tua atau siswa kepada guru. Entah itu berupa parcel, peralatan rumah tangga, bahkan ada juga yang memberikan uang atau voucher belanja. Katanya sih, ini bentuk rasa terima kasih. Tapi, pertanyaannya: ini termasuk rezeki yang wajar, atau justru bentuk gratifikasi?
Niat Baik yang Mulai Bikin Bingung
Sebagian besar orang tua tentu memberikan hadiah dengan niat baik. Mereka merasa berterima kasih karena guru sudah sabar mendampingi anaknya selama satu tahun penuh. Capek mengajar, mendidik, memotivasi, dan tak jarang juga jadi “orang tua kedua” di sekolah. Wajar dong, kalau ingin memberi sesuatu sebagai bentuk apresiasi?
Iya, niatnya mungkin tulus. Tapi realitanya, kadang jadi rumit. Ketika pemberian hadiah mulai “diwajibkan” atau jadi ajang pamer antar orang tua—si A kasih parcel mewah, si B kasih uang sekoper—hal ini bisa bikin suasana nggak nyaman. Apalagi kalau ada orang tua yang merasa terpaksa ikut-ikutan supaya anaknya nggak diperlakukan beda.
Gratifikasi Itu Apa, Sih?
Dalam aturan resmi, terutama buat guru yang berstatus ASN di sekolah negeri, ada batasan soal menerima hadiah. KPK menyebut, kalau hadiah itu bernilai besar, apalagi ada harapan tertentu di baliknya (misalnya supaya anak dinaikkan kelas atau diberi nilai bagus), itu termasuk gratifikasi—dan bisa kena masalah.
Artinya, meskipun niat awalnya baik, kalau sudah masuk ke ranah pengaruh dan pamrih, hadiah itu bisa jadi tidak etis. Dunia pendidikan harusnya jadi tempat yang bersih dari praktik-praktik yang bisa mengganggu keadilan dan profesionalisme.
Apresiasi Tak Harus Mahal
Sebenarnya, menunjukkan rasa terima kasih nggak selalu harus pakai barang mahal, lho. Kadang, surat tulus dari siswa atau ucapan dari hati bisa lebih menyentuh bagi guru. Pernah ada guru yang bilang, hadiah terbaik adalah melihat muridnya sukses dan bahagia. Dukungan aktif orang tua dalam pendidikan anak pun merupakan bentuk penghargaan yang luar biasa.
Kalau mau memberi sesuatu, pastikan itu nggak berlebihan, nggak jadi tekanan buat orang lain, dan nggak ada maksud tersembunyi. Sekolah juga bisa bantu dengan membuat aturan jelas dan memberi ruang apresiasi yang sehat—misalnya dengan membuat sesi khusus untuk ucapan terima kasih saat akhir tahun.
Jadi, Rezeki atau Gratifikasi?
Jawabannya tergantung niat dan konteksnya. Kalau benar-benar tulus dan tidak ada pamrih, itu bisa jadi bentuk rezeki. Tapi kalau bernilai besar, penuh tekanan sosial, dan ada harapan imbalan, itu sudah mendekati gratifikasi.
Yang terpenting, guru tetap menjaga integritas, dan orang tua bisa menunjukkan apresiasi dengan cara yang bijak. Karena pendidikan bukan soal transaksi, tapi kolaborasi antara sekolah, guru, orang tua, dan siswa.