Ijazah (itu) Penting Kata Dahlan Iskan, Mengingatkan Saya Pada Puisi Satire Dari Seorang Penyair
Oleh : Jacob Ereste
Wartawan Lepas
Pernyataan Jurnalis senior Dahlah Iskan, tentang ijazah itu penting seperti yang dilansir berbagai media massa pada 15 April 2025, bertepatan dengan sejumlah aktivis pergerakan menggeruduk Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta dan direncanakan berlanjut ke kediaman Joko Widodo di Solo esok 16 April 2025 untuk mempertanyakan masalah ijazah sarjana Joko Widodo yang diakui dia peroleh dari Fakultas Kehutanan UGM, jadi semakin melebar dan meluas dan semakin ramai.
Setidaknya, pertanyaan Dahlan Iskan tentang kegunaan dan tujuan dari mempersoalkan ijazah Joko Widodo itu asli atau palsu, terkesan tidak lagi ada gunanya untuk dipersoalkan.
Begitu juga pertanyaan Dahlan Iskan terhadap manfaatnya mempersoalkan tidak terwujudnya mobil Esemka yang pernah dibangga-banggakan Joko Widodo semasa masih menduduki jabatan di pemerintah. Toh, kalau pun terwujud, apakah sungguh Anda mau membeli mobil produk anak-anak muda itu.
Padahal masalahnya bukan masalah guna dan manfaatnya, tapi kebenaran harus dilakukan. Seperti yang dilakukan oleh sejumlah aktivis pergerakan yang datang dari berbagai kota di Indonesia tumplek-blek ke UGM pada hari ini 15 April 2025 menggeruduk UGM dan berlanjut besok 16 April 2025 di kediaman Joko Widodo memang menguras tenaga dan pikiran serta ongkos yang tidak murah, terutama saat himpitan ekonomi sekarang ini yang sedang sekarat.
Namun masalahnya bagi kawan-kawan aktivis yang gigih mempersoalkan masalah ijazah Joko Widodo itu palsu tak bisa bisa dilihat dari untung rugi serta manfaatnya secara finansial, tetapi lebih bernilai etika, moral dan akhlak mulia yang patut dijaga, utamanya ketika berkaitan dengan kebijakan publik untuk menduduki jabatan di pemerintahan.
Begitu juga dengan tanggung jawab moral dan intelektual dari pihak UGM sebagai perguruan tinggi yang patut menjunjung sifat dan sikap akademik — tak cuma wajib menjaga nilai-nilai intelektual dan spiritual — tetapi juga sebagai lembaga pendidikan patut dan wajib meningkatkan daya nalar serta kecerdasan spiritual yang sehat.
Kesan dari tidak terbukanya pihak UGM yang terus mendapat pembelaan dari sejumlah pihak, termasuk sang Rektor dan sejumlah Guru Besar yang menyatakan bahwa dokumen tentang ijazah Joko Widodo itu hilang serta disebut dari Fakultas Kehutanan Jurusan Teknologi Kayu UGM semakin memalukan. Kontraversi dalam beragam pendapat yang muncul semakin membuat pihak UGM semakin terperosok dalam pandangan yang terkesan sangat rendah, tidak bermutu dan tidak ilmiah sebagai lembaga perguruan tinggi yang sangat terpandang sebelumnya.
Pernyataan tentang hilangnya dokumen tentang ijazah sarjana dari Fakultas Kehutanan UGM itu pun mencerminkan kebobrokan administrasi — yang diduga hanya untuk mengelabui para aktivis pergerakan yang mendatangi UGM untuk meminta klarifikasi yang juga tidak mau ditemui langsung oleh sang Rektor yang paling bertanggung jawab — karena yang bersangkutan pun tampil sebagai pembela yang paling vokal memberikan pembelaan terhadap keabsahan dari ijazah Joko Widodo yang diklaim ada dan asli tersebut.
Agak lain, menurut saya pernyataannya Dahlan Iskan yang diekspose persis pada saat aktivis pergerakan menggeruduk UGM dengan mengajukan sejumlah pertanyaan tentang urgennya sejumlah pihak untuk mempersoalkan masalah asli atau palsunya ijazah Joko Widodo itu sekarang. Sebab Joko Widodo sendiri tidak lagi menjadi Walikota, Gubernur termasuk tidak lagi menjadi Presiden Indonesia.
Padahal, masalah ijazah milik Joko Widodo yang diduga palsu itu terkait dengan etika dan moral serta akhlak mulia yang harus tetap dijaga bersama, minimal tidak dalam dugaan kebohongan itu tidak dilakukan terhadap publik, agar tidak menjadi wabah yang menular agar tidak menimbulkan penyakit yang sama bagi orang lain.
Jadi, kesan yang juga menarik dari komentar Dahlan Iskan tentang “Ijazah Penting” tertanggal 15 April 2025 ini, justru menjadi penyulut kobaran api kemarahan publik yang diwakili oleh sejumlah aktivis, tokoh pergerakan yang gigih menjaga akal sehat dan kecerdasan spiritual bangsa Indonesia agar tetap terjaga dan sehat.
Begitulah kesan saya terhadap ulasan Jurnalis senior yang sangat saya hormati ini, sebab menurut Dahlan Iskan; kalau pun harus terus digugat yang mungkin akan kerepotan dan kelimpungan itu adalah UGM, bukan Jokowi. Misalnya kalau penggugatnya menggunakan UU Keterbukaan Informasi Publik, maka UGM yang harus menjelaskan semua itu.
Intinya, dari pernyataan Dahlan Iskan terakhir ini membuktikan bahwa masalah ijazah Joko Widodo yang diduga palsu itu telah memposisikan UGM menjadi obyek masalah — setidaknya seperti masalah yang bermula dari Joko Widodo — adalah etika, moral dan akhlak yang dianggap telah memperdaya publik dengan kebohongan.
Artinya, pernyataan Dahlan Iskan tentang tidak ada manfaatnya untuk mempersoalkan dan menggugat keaslian tentang ijazah Joko Widodo yang diduga palsu itu, sungguh mengingatkan saya pada puisi satire dalam metafora unik dari seorang kawan penyair yang sungguh dramatik menyiram kobaran nyala api dengan sejerigen bensin.
Ujung Kulon, 15 April 2025
—