Mengurai Benang Kusut Pendidikan Nasional: Perspektif Kultural,Struktural dan Masyarakat

*Mengurai Benang Kusut Pendidikan Nasional : Perspektif Kultural, Struktural dan Masyarakat*

Oleh : H. Sujaya, S. Pd. Gr.

Pendidikan merupakan pilar utama dalam pembangunan bangsa yang maju dan beradab. Namun realitas pendidikan di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan krusial dan kompleks yang menghambat kemajuan bangsa.

Pendidikan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan serius yang menghambat kemajuannya. Salah satu masalah utama adalah kesenjangan akses pendidikan, terutama di daerah terpencil yang masih minim fasilitas dan tenaga pendidik. Hal ini menyebabkan ketimpangan kualitas pendidikan antara wilayah kota dan desa.

Selain itu, kualitas guru juga menjadi perhatian. Tidak semua guru memiliki kompetensi yang memadai, dan pelatihan berkelanjutan belum merata di seluruh Indonesia. Kurikulum yang sering berubah dan kurang relevan dengan kebutuhan zaman juga membuat siswa tidak siap menghadapi tantangan global.

Sarana dan prasarana pendidikan di banyak sekolah masih terbatas. Banyak sekolah yang kekurangan ruang kelas layak, perpustakaan, laboratorium, dan akses internet. Faktor ekonomi juga menjadi penghambat, karena banyak anak dari keluarga kurang mampu kesulitan untuk melanjutkan pendidikan.

Budaya belajar yang masih lemah juga menjadi masalah. Banyak siswa yang belajar hanya demi nilai, bukan untuk pemahaman yang mendalam. Minat baca dan kemampuan berpikir kritis masih rendah. Di samping itu, korupsi dan penyalahgunaan dana pendidikan membuat alokasi anggaran tidak sepenuhnya sampai ke sasaran.

Semua masalah ini perlu segera diatasi agar pendidikan Indonesia bisa maju dan mampu mencetak generasi unggul di masa depan.

*A. Faktor Kultural*

Budaya masyarakat dan keluarga berperan penting dalam membentuk sikap dan perilaku anak terhadap pendidikan. Beberapa faktor kultural yang menghantui peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, diantaranya:

1.Minimnya Nilai Perhatian Terhadap Pendidikan
Dalam beberapa budaya, pendidikan dianggap kurang penting dibandingkan dengan pekerjaan atau tradisi. Anak diharapkan untuk cepat mencari nafkah dan membantu keluarga tanpa menempatkan pendidikan sebagai prioritas. Hal ini mengurangi semangat dan motivasi anak untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi (Smith, Doe & Rowell, 2002).

2.Persepsi Tentang Peran Wanita
Dalam beberapa kebudayaan, perempuan diharapkan menjalankan peran domestic dan menikah di usia muda. Hal ini dapat membatasi kesempatan perempuan untuk mengembangkan potensi dan menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

3.Persepsi Tentang Profesi Guru
Stigma negatif terhadap profesi guru sering kali menjadi hambatan bagi anak-anak berprestasi untuk memilih profesi sebagai guru.

*B.Faktor Struktural*

Sistem politik, ekonomi, dan sosial juga memiliki pengaruh besar terhadap kualitas pendidikan. Permasalahan struktural yang sering dijumpai di Indonesia diantaranya:

1.Kesenjangan Akses Pendidikan Kesenjangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan masih menjadi tantangan besar. Fasilitas pendidikan, kualitas guru, dan kesempatan belajar yang terbatas di daerah terpencil dapat mengakibatkan anak-anak tidak mendapatkan pendidikan yang memadai sejak usia dini (Johnson, Williams & Brown, 2005).

2.Kualitas Guru Yang Tidak Merata Kualitas guru di Indonesia masih bervariasi dan tidak merata. Banyak guru yang tidak memiliki lisensi dan keterampilan yang memadai untuk mengajar secara efektif.

3.Sistem Pendidikan Yang Kaku dan Tidak Relevan
Sistem pendidikan yang kaku dan tidak relevan dengan kebutuhan dunia kerja mengakibatkan lulusan sekolah sulit mencari pekerjaan dan bertumbuh menjadi individu yang berdaya guna (Smith, Doe & Rowell, 2002).

*C. Faktor Masyarakat*

Peran serta masyarakat dalam mendukung pendidikan anak juga merupakan faktor penting. Permasalahan yang sering dijumpai diantaranya:

1.Rendahnya Kesadaran Masyarakat
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi generasi muda. Banyak orang tua yang memandang pendidikan sebagai tanggung jawab sekolah saja, tanpa memperhatikan peran mereka dalam mendukung proses belajar anak.

2.Minimnya Dukungan
Kurangnya dukungan dari masyarakat dan lembaga social bagi pendidikan anak, terutama bagi anak yang berasal dari keluarga miskin (Johnson, Williams & Brown, 2005).

*D. Upaya Mencari Solusi*

1.Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Memperkuat kampanye tentang pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa. Mengedukasi masyarakat tentang hak-hak anak untuk menempuh pendidikan dan peran mereka dalam mendukung proses belajar anak.

2.Meningkatkan Kualitas Guru Meningkatkan kualitas pendidikan guru, memberikan pelatihan profesional dan menyediakan insentif bagi guru yang berkualitas.

3.Mereformasi Sistem Pendidikan Mereformasi sistem pendidikan agar lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja, dan menciptakan suasana belajar yang menarik dan mendukung kreativitas dan inovasi (Johnson, Williams & Brown, 2005).

4.Meningkatkan Akses Pendidikan Meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah terpencil melalui program Beasiswa, pembangunan sekolah, serta pelayanan pendidikan yang menjangkau semua anak.

*E. Kesimpulan*

Membangun pendidikan yang berkualitas merupakan usaha yang bersama, melibatkan semua pihak. Pemerintah, lembaga pendidikan, orang tua, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengatasi permasalahan pendidikan yang kompleks ini. Hanya dengan meningkatkan kualitas pendidikan, kita dapat mewujudkan visi bangsa Indonesia yang adil, maju, dan beradab.


Indramayu. 9/4/2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *