Fenomena Siswa SMP Belum Bisa Membaca: Mengurai Akar Masalah dan Upaya Solusinya
Oleh : H. Sujaya, S. Pd. Gr.
*A. Fenomena Siswa SMP Belum Bisa Membaca*
Masalah Siswa SMP yang belum bisa membaca merupakan fenomena yang sangat mengkhawatirkan dunia pendidikan.
Beberapa waktu lalu video puluhan siswa SMP di Pangandaran Jawa Barat masih belum bisa membaca. Video yang sebelumnya diunggah pada tahun 2023 viral kembali karena dimuat kompas.com (2024) tersebut menuai beragam respons dari masyarakat, di antaranya mempertanyakan mengapa siswa tersebut belum bisa membaca padahal sudah memasuki jenjang SMP.
Berikutnya kembali dikejutkan dengan banyaknya siswa di Buleleng Bali yang bisa membaca di usia SMP.
Sumber dari nusabali.com (2024) melaporkan bahwa berdasarkan data yang dihimpun oleh Dewan Pendidikan bersama Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, terdapat lebih dari 400 siswa yang masih kesulitan dalam membaca dan mengeja. Bahkan, sebagian di antaranya belum bisa membaca sama sekali.
Walaupun terjadi per kasus dan belum ada data yang pasti dari BPS maupun Kementrian terkait, fenomena ini ibarat gunung es yang menampilkan fenomena jumlah tersembunyi yang cukup besar.
Tentu saja fenomena tersebut membuat dunia pendidikan sangat miris dan. memprihatinkan. Karena kemampuan membaca merupakan fondasi penting dalam proses belajar. Siswa yang tidak bisa membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, mengikuti pembelajaran, dan mencapai potensi akademis mereka.
Fenomena siswa SMP yang belum bisa membaca menjadi masalah serius yang perlu diatasi.
*B. Akar Masalah*
Bila ditelusuri dan urai akar masalahnya tanpa harus mencari
” kambing hitam” fenomena tersebut dikarenakan :
1. Kurangnya Budaya Membaca
Minimnya kebiasaan membaca di rumah dan lingkungan sekitar menjadi faktor utama.
2. Keterbatasan Akses terhadap Buku dan Bahan Bacaan Keterbatasan akses ke perpustakaan, buku bacaan yang menarik, dan bahan bacaan yang sesuai dengan minat siswa.
3. Metode Pembelajaran Membaca yang Kurang Efektif
Metode pembelajaran membaca yang monoton, tidak menarik, dan kurang memperhatikan kebutuhan individual siswa.
4. Peran Orang Tua yang Kurang Aktif Kurangnya dukungan dan peran aktif orang tua dalam menumbuhkan minat baca pada anak.
5. Pengaruh Teknologi dan Media Sosial Penggunaan gadget yang berlebihan dan konten digital yang kurang edukatif dapat mengalihkan perhatian anak dari kegiatan membaca.
*C. Upaya Solusi*
Hal tersebut tentu harus segera dicari solusinya dengan :
1. Membudayakan Membaca
Membangun budaya membaca di sekolah dan keluarga dengan menyediakan ruang baca yang nyaman, menyediakan buku bacaan yang menarik, dan melibatkan orang tua dalam program literasi.
2. Meningkatkan Akses terhadap Bahan Bacaan
Memperkaya koleksi perpustakaan sekolah dengan buku-buku yang menarik dan sesuai dengan minat siswa, serta menyediakan akses ke sumber bacaan digital.
3. Menerapkan Metode Pembelajaran Membaca yang Efektif Menggunakan metode pembelajaran membaca yang kreatif, interaktif, dan disesuaikan dengan kebutuhan individual siswa.
4. Meningkatkan Peran Orang Tua
Memberikan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya membaca dan melibatkan mereka dalam program literasi di sekolah.
5. Mengatur Penggunaan Teknologi Membimbing siswa untuk menggunakan teknologi secara bijak dan mengarahkan mereka ke konten digital yang edukatif.
*D. Pentingnya Kolaborasi*
Menangani masalah ini memerlukan kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Sekolah harus menyediakan program literasi yang efektif, orang tua harus aktif mendukung minat baca anak, dan masyarakat harus menciptakan lingkungan yang mendukung budaya membaca. Dengan upaya bersama, kita dapat membantu siswa SMP untuk meningkatkan kemampuan membaca dan mencapai potensi mereka.
*E. Kesimpulan*
Fenomena siswa SMP yang belum bisa membaca merupakan masalah serius yang perlu diatasi. Dengan memahami akar masalah dan menerapkan solusi yang tepat, kita dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan membaca yang baik dan meraih masa depan yang lebih cerah.
Indramayu. 8/4/2025
—