Memakmurkan Masjid Agar Dapat Menjadi Pusat Pengembangan Peradaban Bagi Manusia Memasuki Masa Depan Yang Lebih Baik serta Bermartabat

Memakmurkan Masjid Agar Dapat Menjadi Pusat Pengembangan Peradaban Bagi Manusia Memasuki Masa Depan Yang Lebih Baik serta Bermartabat


Oleh : Jacob Ereste
Wartawan Lepas


Membangun tempat ibadah yang indah dan megah memang perlu, tapi tidak harus berhutang, seperti Majid Al Jabar di Bandung yang telah membuat kehebohan –bahkan jadi membuat warga masyarakat resah dan gerah — karena Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat harus menanggung hutang sebesar Rp 3,4 triliun dan biaya perawatan setiap tahun sebesar Rp 42 milyar per tahun.

Berita tentang Masjid Al Jabar di Bandung ini memang menempati lahan yang sangat luas, tak kurang dari 35,99 hektar sehingga menjadi tranding topik pembahasan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi lantaran membebani cicilan kredit yang harus ditanggung Pemerintah Jawa Barat sebesar Rp 566 milyar pertahun ditambah biaya perawatan sebesar Rp 42 milyar jadi total seluruh biaya Rp 608 milyar setiap tahun dan baru akan selesai pada tahun 2029, kata sumber yang mengungkap informasi tersebut kepada Dedi Mulyadi dan wartawan, seperti yang dimuat Gelora.com.

Pembangunan tempat ibadah yang mewah memang dapat meningkatkan gairah umat menunaikan ibadah sekaligus jika difungsikan dengan baik dan benar dapat menjadi pusat pengembangan serta kajian keagamaan serta kebudayaan. Tapi realitasnya banyak tempat ibadah hanya bisa digunakan sebagai tempat ibadah dalam pengertian untuk tempat sembahyang belaka. Sehingga tidak memberi manfaat yang maksimal seperti untuk fasiltas belajar, kajian, penelitian serta pengembangan budaya dan seni yang bernafas dan bernuansa Islamis, misalnya. Apalagi mau menyediakan sebagai tempat singgah misalnya bagi musafir yang membutuhkan tempat beristirahat untuk sementara, karena harus menginap dan sebagainya.

Sebetulnya sungguh sangat mungkin tempat ibadah dapat dikelola lebih baik dan dimaksimalkan manfaatnya bagi umat Islam bahwa komplek masjid yang sangat luas dengan ruang bangunan yang cukup dapat dijadikan pusat pengembangan budaya dan kesenian Islam yang mampu memberi daya tarik tersendiri untuk memakmurkan masjid sebagai tempat yang ramah, familiar dan membangun etika, moral dan akhlak mulia manusia Indonesia yang semakin tergerus dan menipis karena tergesek oleh budaya asing yang membuat akidah menjadi dangkal bahkan ikut cenderung membuat Islam kurang mendapat simpati bukan hanya dari orang non Muslim, tetapi juga dari umat Islam sendiri.

Karena itu, manajemen dari cara pengelolaan masjid yang baik, ramah, familiar dan terbuka untuk masyarakat serta mampu memberi pelayanan serta menyediakan fasilitas yang cukup setidaknya bagi para musafir, pasti akan membuat masjid semakin makmur, setidaknya seperti tata kelola Masjid Jogokaryan yang ada di Yogyakarta. Dan segenap pengurusnya bisa selalu siap secara bergiliran memberi pelayanan kepada semua jemaah yang hadir dan mampir di masjid tersebut. Jika tidak, maka tidak banyak berbeda dengan terminal atau halte bus way di Jakarta yang sudah semakin baik menyediakan tempat dan fasilitas ibadah lainnya. Mulai dari air bersih, sajadah dan mukena hingga pengharum ruangan yang menyegarkan.

Agaknya, dengan begitu kemakmuran madjid akan dapat kita nikmati bersama. Bukan semacam pekerjaan atau proyek yang diposisikan untuk mencari keuntungan dan kekayaan yang dikomersialkan.

Setidaknya, kita boleh melihat nilai manfaat dari Masjid Al Jabar di Kota Bandung yang sedang menjadi sorotan cemoohan dari banyak orang, sehingga mengurangi nilai yang tidak simpatik dari umat agama non Muslim maupun dari umat Islam sendiri. Sebab masjid idealnya dapat menjadi pusat pengembangan peradaban yang luhur bagi manusia untuk lebih baik dan lebih beradab. Karena nilai-nilai spiritual yang sangat diperlukan untuk menjaga dan merawat etika, moral dan akhlak mulia manusia sebagai wakil Tuhan di bumi, itukah yang mampu dan dapat menyelamatkan kehidupan di bumi yang harmoni, rukun serta damai untuk kelestarian hidup hari ini dan di masa depan yang penuh rintangan dan godaan.


Banten, 5 April 2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *