Permohonan Maaf Lahir & Batin Tradisi serta Budaya Yang Luhur Penuh Makna Sakral & Spiritual
Oleh : Jacob Ereste
Wartawan Lepas
Mohon maaf lahir dan batin itu harus ikhlas dan jujur diucapkan sebagai pernyataan untuk memaafkan siapapun secara lahir (yang tampak kasat mata perbuatannya) serta memaafkan yang bersifat batin, karena yang bersifat batin ini lebih penting dari yang berujud (lahir) seperti hutang yang tidak lagi perlu dipersoalkan secara hukum. Tapi apakah permaafan secara batin itu bisa dipastikan sudah selesai setelah diucapkan ?
Karena itu, kejujuran dan keikhlasan yang bersemayam di hati (kalbu) menjadi sebagian rahasia bagi manusia dan sebagian lagi milik Tuhan yang tidak bisa diabaikan oleh manusia. Inilah buah yang dapat perolehan dari pengembaraan spiritual, menyadari keterbatasan diri sebagai manusia yang tiada apa-apa sesungguhnya di hadapan Tuhan.
Adapun untuk orang yang menerima permaafan itu jelas lebih tidak tahu pasti apakan permaafan yang ucapkan itu sungguh ikhlas atau sekedar kamuflase semata ? Lalu mengapa dalam Islam budaya memaafkan begitu gampang dilakukan dalam budaya massal seperti saat hari raya Lebaran ?
Ternyata, budaya memaafkan itu sesungguhnya jauh lebih mulia dari menerima permaafan atas kesalahan dan kekeliruan atau ketidaksengajaan atas suatu perbuatan yang kita lakukan, baik yang disengaja maupun atas perbuatan yang tidak disengaja.
Budaya meminta maaf dan memberi maaf itu sungguh patut dijaga dan terus dilestarikan, seperti kebiasaan yang sudah menjadi semacam kesepakatan umum pada setiap kali berjumpa bisa secara spontan untuk saling bersalam-salaman. Tak lagi penting siapa yang memulai, tapi hakekat keikhlasan, kejujuran dan kebahagiaan semburat dalam jabatan tangan yang erat dan hangat.
Jadi, sesungguhnya betapa indah hidup ini, sehingga kemudian — masing-masing penuh suka cita untuk saling mendoakan agar hidupnya lebih berbahagia bersama seluruh kerabat dan sahabat, sehingga kegembiraan hidup bisa terus menyala menerangi hari ini hingga masa depan.
Begitulah makna Idul Fitri bisa dipahami secara awam seusai menunaikan ibadah puasa pada bulan ramadan maupun saat lebaran Haji yang lebih abdol disebut Hari Raya Idul Adha.
Dan tradisi mudik itu pun yang dibangun oleh masyarakat urban umumnya yang berada di kota besar, pun tak cuma sekedar kangen kampung halaman dengan segenap sanak famili yang masih ada di kampung, tetapi juga merupakan bagian dari cara berbagi kebahagiaan dan kegembiraan kepada seluruh saudara dan handai taulan yang ada di kampung halaman.
Jadi, tradisi mudik itu bukan sekedar untuk berbagi kangen semata, tetapi juga berbagi kebahagiaan sehingga acap oleh-oleh atau buah tangan yang dibawa saat mudik seperti satu keluarga yang sedang pindah rumah, lantaran barang bawaannya acap melampaui kapasitas yang wajar, sehingga acap terkesan berlebihan.
Jadi, makna dari kampung halaman itu sendiri tak hanya sekedar berarti tempat kelahiran atau tempat hidup bertumbuh menjadi dewasa, sebab makna kampung halaman itu dapat saja diartikan juga dimana usia lebih dominan dihabiskan hingga menjelang senja seperti yang disadari dan dinikmati oleh banyak orang. Maka acara untuk bermaaf-maafan pun tidak kalah banyak yang dilakukan melalui surat elektronik via whatsApp atau via telopon langsung berikut tampilan gambar dari masing-masing yang tengah melakukan komunikasi via telepon seluler yang maha canggih di abad ini.
Karena itu, jaringan seluler atau internet internet tidak kalah sibuk dari jumlah jutaan orang yang mudik. Sebab yang tidak mudik justru lebih dominan menggunakan saluran telepon untuk sekedar memberitakan tak sempat pulang ke kampung pada tahun ini, atau ingin menyampaikan pemberitaan yang lain, atau sekedar bertanya tentang kondisi kesehatan dan situasi suasana lebaran di kampung sekarang.
Setidaknya titip pesan untuk semua keluarga, semoga selalu sehat dan berbahagia, meski belum bisa menyertakan THR dan mengirimkan bingkisan lebaran. Sebab yang penting adalah, permohan maaf telah diucapkan, dan permaafan telah diberikan secara lahir dan batin. Siapa tahu, lebaran berikutnya kita tak lagi di dunia. Begitulah hakikat dari permohonan maaf lahir dan batin yang menjadi tradisi dan budaya kita yang luhur penuh makna yang sakral dan muatan spiritual yang perlu dilestarikan.
Banten, 31 Maret 2025
—
Philosophical Chicken Noodles: Taste in a Bowl of WarmthAuthor, Abah RoyChicken noodles are not just…
Mie Ayam Filosofis Rasa Dalam Semangkuk KehangatanPenulis,Abah RoyMie ayam bukan sekadar hidangan, melainkan simbol kehangatan,…
Philosophical Meaning of Grilled Sticky Rice Opak in Sundanese CultureAuthor, AbahRoyHead of DPC Aswin, Cirebon…
Makna Filosofis Opak Ketan Bakar Dalam Budaya SundaPenulis,AbahRoyKetua DPC Aswin Kota CirebonOpak ketan bakar merupakan…
Free Nutritional Meal Program: A Sustainable Solution or Just a Gimmick?Author, Abah RoyThe Free Nutritional…
Program Makan Gizi Gratis Solusi Berkelanjutan Atau Sekadar Gimmick?Penulis,Abah RoyProgram Makan Gizi Gratis merupakan kebijakan…