Tradisi Ramadhan Di Keraton Kanoman Warisan Budaya Yang Harus Dilestarikan

Tradisi Ramadhan Di Keraton Kanoman Warisan Budaya Yang Harus Dilestarikan

Penulis,abahroy

Ramadhan bukan hanya soal ibadah pribadi, tetapi juga momen kebersamaan yang memperkaya nilai budaya dan spiritual.

Di Keraton Kanoman Cirebon, tradisi puasa Ramadhan telah diwariskan turun-temurun, mencerminkan harmoni antara Islam dan kearifan lokal.

Salah satu yang menarik adalah Tarawih Tawurji di Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Ritual ini bukan sekadar shalat, tetapi juga simbol keberlanjutan ajaran Wali Songo.

Jika dilihat lebih dalam, tradisi ini bukan hanya soal ibadah, tetapi juga cara untuk mengajarkan nilai kesabaran, kebersamaan, dan disiplin kepada generasi muda.

Kemudian, ada Malam Selikuran, malam 21 Ramadhan yang dipenuhi dengan doa dan tahlilan di keraton. Sayangnya, di era modern ini, tradisi seperti ini mulai luntur di kalangan generasi muda.

Kesibukan dunia digital dan gaya hidup yang serba cepat membuat tradisi keagamaan dan budaya semakin terpinggirkan.

Ziarah makam leluhur menjelang Idul Fitri juga menjadi refleksi yang dalam.

Menghormati pendahulu bukan hanya sekadar mengunjungi makam, tetapi juga memahami nilai-nilai perjuangan mereka. Namun, ada kekhawatiran bahwa makna dari ziarah ini semakin bergeser menjadi sekadar ritual tahunan tanpa penghayatan yang mendalam.

Jika dilihat dari perspektif yang lebih luas, tradisi Ramadhan di Keraton Kanoman bukan hanya warisan keluarga keraton, tetapi juga aset budaya yang memperkaya identitas masyarakat Cirebon.

Maka, perlu ada upaya lebih serius dari berbagai pihak—baik pemerintah, masyarakat, maupun generasi muda—untuk menjaga, merawat, dan memaknai kembali tradisi ini.

Jangan sampai, di masa depan, tradisi ini hanya tinggal cerita dalam buku sejarah tanpa ada yang benar-benar menjalankannya.

Cirebon,27/03/2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *