Madrasah Ibtidaiyah Di Persimpangan: Bertahan Atau Redup Di Tengah Tantangan Baru ?

Madrasah Ibtidaiyah Di Persimpangan: Bertahan Atau Redup di Tengah Tantangan Baru ?

Penulis,Drs.Rohiman
Humas KKMI Kota Citebon

Madrasah Ibtidaiyah (MI) berada di bawah Kementerian Agama (Kemenag), yang selama ini berperan dalam pendidikan berbasis Islam. Namun, dengan munculnya Sekolah Rakyat (SR) dan berbagai inovasi di sekolah umum, MI menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan eksistensinya.

Jika tidak ada inovasi dan perbaikan nyata, bukan tidak mungkin MI akan semakin sulit bersaing dalam penerimaan siswa dan menghadapi ancaman redup.

Tantangan Besar bagi MI

1. Persaingan dengan Sekolah Rakyat (SR) dan Sekolah Umum

Jika SR benar-benar gratis dengan fasilitas modern dan kualitas guru yang baik, ini bisa menarik perhatian orang tua yang menginginkan sekolah murah namun tetap berkualitas.

MI swasta yang masih memungut biaya bisa kehilangan peminat, terutama dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

2. Kurangnya Inovasi dalam Kurikulum dan Metode Pengajaran

Sekolah umum mulai beradaptasi dengan metode pembelajaran digital, kelas kreatif, dan program berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics).

Jika MI masih mengandalkan metode lama tanpa peningkatan kualitas pengajaran, siswa akan tertinggal dalam daya saing global.

3. Dukungan Anggaran yang Terbatas

MI negeri mendapat dana dari Kemenag, tetapi MI swasta masih banyak yang bergantung pada iuran orang tua.

Jika anggaran lebih banyak terserap untuk program seperti SR, madrasah bisa semakin terpinggirkan.

Strategi agar MI Bertahan dan Tetap Unggul

Untuk menghadapi tantangan ini, MI harus berinovasi dan membuktikan bahwa madrasah bukan sekadar tempat belajar agama, tetapi juga mampu mencetak generasi unggul yang siap bersaing. Beberapa langkah yang bisa dilakukan:

1. Meningkatkan Kualitas Guru dan Metode Pembelajaran

Guru MI harus diberikan pelatihan dalam metode pengajaran modern, termasuk penggunaan teknologi dalam pembelajaran.

Mengadopsi metode interaktif yang lebih menarik agar siswa tidak hanya fokus pada hafalan, tetapi juga pada pemahaman konsep.

2. Mengintegrasikan Kurikulum Islam dengan Teknologi dan Sains

Madrasah harus membuktikan bahwa pendidikan Islam bisa selaras dengan perkembangan zaman.

Menambahkan mata pelajaran berbasis digital, coding, atau sains berbasis nilai-nilai Islam untuk meningkatkan daya saing lulusan MI.

3. Membangun Branding dan Daya Tarik Madrasah

MI harus lebih aktif dalam promosi dan membangun citra positif di masyarakat.

Memanfaatkan media sosial, website, dan program ekstrakurikuler unggulan untuk menarik lebih banyak siswa.

4. Mendorong Kemenag untuk Memberikan Dukungan Lebih Besar

Pemerintah harus memperhatikan anggaran madrasah agar tidak kalah dibanding sekolah umum.

MI perlu mendapatkan fasilitas yang lebih baik agar tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat.

Kesimpulan: MI Harus Bergerak atau Akan Terpinggirkan

Jika MI hanya mengandalkan sistem yang ada tanpa inovasi, maka cepat atau lambat akan mengalami penurunan peminat. Tetapi jika madrasah mampu beradaptasi, meningkatkan kualitas pengajaran, dan memanfaatkan teknologi, maka MI tidak hanya akan bertahan, tetapi justru bisa menjadi pilihan utama bagi orang tua yang menginginkan pendidikan berbasis agama sekaligus berkualitas.

Saat ini, pilihannya ada di tangan pengelola MI dan Kemenag: apakah akan membiarkan MI meredup, atau justru menjadikannya pusat pendidikan Islam yang modern dan unggul?

Cirebon,24/03/2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *