Pelayan, dan Pelayan Serta Pelayan Bagi Sri Eko Sriyanto Untuk Peradaban Masa Depan Berbasis Pada Spiritualitas
Oleh : Jacob Ereste
Wartawan Lepas
Pelayan, pelayan dan pelayan inilah posisi Sri Eko Sriyanto Galgendu sebagai Pemimpin Spiritual Nusantara yang gigih membumikan gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual sejak tiga puluh tahun silam bersama sejumlah tokoh seperti Susuhunan Paku Buwono XII, His Dur, Prof. Dr (HC) KH. Muhammad Habib Khirzin serta pemuka agama lainnya melalui GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) sampai sekarang tiada pernah lelah sambil mempersiapkan pertemuan persaudaraan tokoh spiritual dunia di Indonesia yang dia nilai pantas dan layak menjadi motor penggerak kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual untuk peradaban dunia yang paling ideal di masa depan.
Posisinya sebagai pelayan, dan pelayan serta pelayan untuk seluruh umat beragama dan bangsa-bangsa di dunia, dia akui dengan penuh kesadaran, saat dialog rutin Senin-Kamis di Sekretariat GMRI pada 19 Maret 2025, sehingga sejumlah pengorbanan yang telah banyak dia lakukan tiada sesal untuk perhatian, waktu sampai harta benda miliknya direlakan penuh ikhlas demi dan untuk kebangkitan kesadaran serta pemahaman terhadap spiritual yang sangat dia yakini mampu membenahi tata kehidupan manusia melalui perilaku yang beretika mulia, bermoral baik dan kuat sehingga mempunyai akhlak yang memperoleh restui dari langit untuk kehidupan manusia di bumi.
Sebab menurut keyakinan dan kepercayaannya sebagai Pemimpin Spiritual Nusantara, untuk memperbaiki etika, moral dan akhlak manusia tidak mungkin dilakukan melalui politik juga tidak cukup denga pengetahuan maupun kemampuan ekonomi yang nyaris kandas dalam pengertian dan pemahaman serta kecerdasan spiritual, lantaran etika, moral dan akhlak manusia bertumpu pada agama yang hanya dapat dilakukan oleh para pemuka agama-agama yang dapat dijadikan panutan. Selebihnya adalah hanya bisa didampingi oleh para budayawan yang memiliki kecerdasan dan kesadaran serta pemahaman spiritual.
Etika, moral dan akhlak mulia manusia sebagai berkah dari Yang Maha Esa serta Maha Kuasa hanya mungkin dijaga dan dipelihara kemuliaannya melalui para tokoh agama yang paling mumpuni dan bertanggung jawab tegaknya integritas dari nilai-nilai kemuliaan manusia yang memiliki mandat dan amanah dari Tuhan sebagai khalifatullah — wakil Tuhan — di bumi. Karena manusia sebagai makhluk satu-satunya yang dipercaya oleh Allah SWT sebagai pemimpin untuk mengurus segala sesuatu yang ada dan yang terjadi di bumi.
Kecuali itu, hanya khalifatullah — dalam perspektif Islam — sebagai makhluk yang mampu menjalankan sunnatullah — untuk memimpin kehidupan manusia di bumi. Adapun sunnatullah itu adalah jalan yang dituntun oleh Allah SWT. Atau jalan Tuhan yang mendapat ridho dari bumi dan langit, atau jagat raya dan seisinya yang ada, termasuk semua makhluk ciptaan Tuhan.
Sunnatullah sebagai ketetapan Allah SWT — jalan yang benar harus ditaati oleh semua makhluk tanpa kecuali bagi manusia yang tidak dibantah untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Begitulah sunnatullah yang dapat dipahami sebagai hukum alam, sebagai bagian dari ciptaan dan kekuasaan Tuhan.
Dalam kontek serupa inilah Sri Eko Sriyanto Galgendu memposisikan dirinya sebagai konsekuensi logis dari kepemimpinan spiritual yang disandangnya, yakin dan percaya bahwa dirinya tidak lebih dari pelayan, pelayan dan pelayan untuk kebaikan orang banyak. Lantaran itu pula posisinya sebagai pelayan, dan pelayan serta pelayan merasa berkewajiban untuk mentautkan semua umat beragama, dari berbagai bangsa dan negara untuk menemukan satu kesepakatan dalam kebersamaan menata dunia secara bersama agar lebih baik dalam satu tatanan peradaban yang memuliakan manusia.
Jakarta, 19 Maret 2025
—