Teror Kepala Babi Mungkin Akan Lebih Baik Diteruskan Untuk Hasan Hasbi

Teror Kepala Babi Mungkin Akan Lebih Baik Diteruskan Untuk Hasan Hasbi


Oleh : Jacob Ereste
Wartawan Lepas


Apapun ceritanya, komentar Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Hasbi tidak pantas dan tidak patut dilakukan, apalagi sangat reskin mengundang polemik dan cemoohan banyak orang, karena bagaimanapun komentar seorang pejabat yang sedang menduduki suatu jabatan, akan mencerminkan sikap dan sifat dari pernyataannya yang terkesan miring dan mengabaikan teror yang tidak hanya meresahkan pengelola Media Tempo, tapi juga jurnalis yang bersangkutan serta pekerja pers yang lain.

Apalagi dalam tata krama bahasa ucap yang dilontarkan tidak melalui pencernaan yang cerdas, alias dibawah titik minimal yang sangat rendah. Sementara warga bangsa Indonesia sedang mengidealkan agar sampak-sampah dan hoax dalam media sosial berbasis internet di Indonesia dapat semakin membaik agar dapat dijadikan sarana penyadaran, pembelajaran yang mencerdaskan dengan kualitas yang tidak memalukan. Sebab sajian dalam media apapun yang dapat diakses oleh orang banyak akan sangat berpengaruh pada peradaban bangsa untuk masa depan.

Jadi komentar tentang teror kepala babi yang dikirimkan kepada Media Tempo yang langsung membidik Francisca Christy Rosana sebagai wartawan atau pekerja pers akan sangat berdampak pada insan pers yang lain. Karena itu harus dilawan, agar pengertian serta kesadaran dan pemahaman tentang pers sebagai pilar demokrasi tidak semakin ambruk di negeri yang mengaku dan menjunjung tinggi demokrasi.

Kalau pun asal dari komentar agar kepala babi yang dikirim itu dimasak saja berasal dari Fransisca Christy Rosana, jelas berbeda kenotasinya ketika diucapkan oleh makhluk lain, apalagi dari seorang Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan yang wajib dan patut memahami etika komunikasi, publikasi dan memberi informasi khususnya untuk masalah yang sedang menjadi keprihatinan publik ini, lantaran sungguh sangat biadab serta tidak pantas dilakukan dengan dalih apapun, lantaran dapat menambah kisruhnya interpretasi dari teror itu semacam upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah yang sedang menjadi pergunjingan publik, termasuk keculasan DPR RI melakukan pembahasan revisi UU TNI yang boros dan melecehkan peran serta masyarakat untuk memberi masukan terhadap pembahasan UU TNI tersebut.

Setidaknya dari komentar Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan yang tidak perlu dilakukan itu menunjukkan kualitas mutu pengetahuan yang tidak komprehensif dan tidak kredibel untuk menjembatani komunikasi Presiden dengan berbagai pihak, utamanya bagi warga bangsa Indonesia yang sangat menaruh harapan besar kepada segenap anggota Kabinet Merah Putih dibawah komando Presiden Prabowo Subianto untuk membenahi kerusakan dan kebobrokan yang sedang melantak negeri ini.

Sekedar usul dalam menyambut gagasan dari persetujuan Hasan Hasbi agar kepala babi yang dikirim kepada Media Tempo dimasak, mungkin akan lebih baik kiriman kepala babi itu diteruskan kepada Hasan Hasbi agar dapat dia gulai dengan sesuka hati. Karena semiskin-muskinnya wartawan Tempo, dapat saya pastikan bukanlah termasuk orang yang kurang makan. Dan babi, bagi mereka pun bahan pangan yang diharamkan. Sekedar menyebut nama babi itu saja pada bulan ramadhan, boleh jadi juga dianggap famali. Setidaknya, kemarahan dan keceman kawan-kawan aktivis yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil, tertanggal 22 Maret 2025 yang mengecam pernyataan pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan dapat menjadi perhatian Presiden Prabowo Subianto yang bisa terkena ulah dari pernyataan Hasan Hasbi yang menambah kegaduhan yang tidak perlu. Dan yang pasti, tidak perlu dan tidak patut dilakukannya.


Banten, 22 Maret 2025

—