Sepucuk Surat Yang Kuterima Bersama Bingkisan Fan THR Untuk Lebaran Tahun Ini
Oleh : Jacob Ereste
Wartawan Lepas
Aktivis itu pilihan sikap….bukan pekerjaan yang menghitung untung dan rugi, maka itu aktivis cenderung terkesan gembel, miskin karena berani berkorban untuk kepentingan dirinya sendiri….
Tapi juga tidak berarti bahwa aktivis itu tak pandai membuat kalkulasi ekonomi, misalnya aktivis Yudha dari Cilengsi datang ke Jakarta hanya untuk mengikuti aksi yang dia anggap urgen untuk dilakukan….jelas ongkos dan jajan makan dan minum sudah dia hitung agar dapat dia atasi agar tidak sampai kapiran atau keleleran…
Lalu nilai apa yang bisa dia dapat dari kalkulasi ekonomi, kecuali nilai-nilai sosial yang mengekspresikan tanggung jawab moral dan sosialnya sebagai warga bangsa (bukan warga negara) yang sangat mungkin tidak banyak dilakukan secara sadar oleh semua orang, termasuk mereka yang terlanjur latah mengklaim dirinya sebagai aktivis…
*catatan kaki :*
Mulanya surat yang kuterima bersama bingkisan dan THR Lebaran tadi pagi, kukira bagian dari Lailatul qodar dalam wujud yang lain.
Sehingga sempat ingin ku sebut semacam “Puisi Esai” seperti genre sastra yang ada di kebun Denny JA dan kawan-kawan yang telah membangun semangat dan elan vital kreativitas serta etos dari kerja sastra yang tak hendak menyerah atau mati sia-sia ditengah perseteruan politik yang terus gaduh, seakan mengimbangi kebisingan ekonomi Indonesia yang semakin mencemaskan.
Seperti catatan kaki dari tulisan terlampir diatas, sekaligus hendak membuktikan bahwa semua terus bergerak dan berubah, meski seperti keong sawah atau reaksi terhadap kritik dari rakyat yang paling keras sekalipun, tapi tetap tak mengubah pilihan dan kebijakan untuk mendapat keuntungan dari kesempatan apapun.
Sebab untuk seorang pejabat yang pernah menduduki posisi penting di negeri ini akan dianggap sial atau bahkan bodoh masih mau hidup dalam pola kesederhanaan dan bersahaja. Apalagi sampai tidak memiliki villa pribadi di hutan lindung Puncak Bogor.
Jadi aktivis dan kesederhanaan itu adalah pilihan sikap yang tidak perlu diubah semacam pelampiasan dendam terhadap kemiskinan yang sesungguhnya tidak perlu menjadi beban hidup, dan juga tidak perlu untuk disebarkan kepada orang lain. Sebab pilihan sikap yang kukuh dan tak tergoyahkan itu bagian dari ketangguhan dan kecerdasan spiritual yang nyata, tapi acap dianggap oleh banyak orang sebagai sesuatu yang ghaib.
Banten, 22 Maret 2025
—