Fenomena ” The Child with The Rotten Tail ” dan Tragedi Pengangguran di Indonesia
Oleh : Sujaya, S. Pd. Gr.
(Dewan Penasehat DPP ASWIN)
*A. Fenomena ” The Child with the Rotten Tail “*
Fenomena “The Child with the Rotten Tail” Atau ” Fenomena anak dengan ekor busuk” merupakan metafora atau konsep sosial yang menggambarkan generasi muda yang mengalami degradasi moral, sosial, atau ekonomi akibat berbagai susahnya mencari kerja yang sesuai dengan kompetensi atau latar belakang ijazahnya.
Makna metafora “Ekor busuk” melambangkan sesuatu yang rusak dalam diri anak tersebut, baik dalam bentuk karakter, pola pikir, atau masa depan yang suram karena pengaruh negatif dari lingkungan, sistem pendidikan, atau ekonomi.
Fenomena ini kini telah menerpa negara-negara Eropa, China, Indonesia bahkan beberapa negara lain di dunia.
Fenomena “The Child with the Rotten Tail” Jika dikaitkan dengan masalah sosial dan ekonomi, konsep ini bisa mencerminkan:
1. Generasi Muda yang Terpinggirkan. Banyak anak muda yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak mendukung, seperti keluarga yang tidak harmonis, pendidikan yang kurang, atau lingkungan sosial yang penuh tekanan.
2. Mentalitas Pasrah dan Putus Asa. Pengaruh sosial yang buruk dapat membuat anak muda kehilangan semangat untuk berkembang, berusaha, atau bersaing secara sehat.
3. Dampak Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial.Anak-anak dari keluarga miskin sering kali menghadapi keterbatasan akses terhadap pendidikan dan peluang ekonomi, sehingga masa depan mereka menjadi tidak menentu.
*B. Tragedi Pengangguran di Indonesia*
Pengangguran menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Apalagi saat ini banyak pabrik yang tutup, PHK masal, star up kolaps dan tutup. Pengangguran bertambah.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran antara lain:
1.Ketidaksesuaian antara pendidikan dan pasar kerja.
Banyak lulusan yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan industri.
2.Persaingan yang Ketat.
Populasi yang besar menyebabkan persaingan tenaga kerja semakin tinggi.
3.Minimnya Peluang Kerja.
Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata menyebabkan banyak daerah kekurangan lapangan pekerjaan.
4.Perubahan Teknologi dan Otomatisasi. Banyak pekerjaan yang sebelumnya bisa dilakukan manusia kini tergantikan oleh teknologi.
*C. Kaitan antara “The Child with the Rotten Tail” dan Pengangguran*
Jika fenomena ini dikaitkan dengan tragedi pengangguran di Indonesia, maka bisa diartikan bahwa anak-anak yang mengalami kegagalan dalam sistem sosial dan pendidikan akan sulit bersaing di dunia kerja, yang akhirnya memperburuk tingkat pengangguran.
Mereka yang tidak memiliki keterampilan dan mentalitas yang kuat cenderung menjadi beban sosial, mengalami kemiskinan, kriminalitas, atau bahkan depresi akibat tekanan ekonomi.
*D. Solusi yang Bisa Dilakukan*
1. Perlunya Reformasi Pendidikan. Meningkatkan keterampilan vokasi dan kewirausahaan sejak dini.
2. Dukungan Sosial – Membangun lingkungan yang mendukung anak muda agar tidak kehilangan arah.
3. Pemerataan Ekonomi. Mendorong investasi di daerah agar lapangan kerja tidak hanya terpusat di kota besar.
4. Pemberdayaan Anak Muda. Menumbuhkan semangat inovasi dan kreativitas agar mereka bisa menciptakan peluang sendiri.
Indramayu. 16/3/2025
—