Perjalanan spiritual yang paling jauh adalah memasuki pada kedalaman jiwa dan batin diri sendiri. Pada kedalaman yang terdalam, manusia akan menemukan kebahagiaan yang tidak terlukiskan keindahannya oleh seniman paling jenius sekalipun.
Jadi sungguh benar bila para pengembara spiritual mengatakan bahwa kebahagiaan itu tidak jatuh dari langit. Ia harus ditemukan dari dalam diri sendiri. Sehingga hakekat dari perjalanan spiritual itu bukan ke luar seperti yang banyak dipercaya oleh bangsa Barat, tetapi perjalan spiritual yang sesungguhnya adalah menjelajah pada ke kedalaman batin diri sendiri.
Isyarat dari kebenaran jejak spiritual itu seperti yang diyakini umat Islam, bahwa Tuhan itu berada lebih dekat dari urat nadi sendiri. Karena ziarah pun sekedar rekreasi untuk menyegarkan diri. Tak ada klenik yang acap digunjingkan banyak orang lantaran belum mampu memasuki wilayah spiritual yang sesungguhnya sakral namun dinikmati semacam melakukan puasa untuk memperoleh suasana batin yang lebih mengasyikkan dalam kepekaan indrawi yang bekerja maksimal, sehingga rasa lapar menghadirkan sensasi spiritual untuk lebih tajam melihat banyak hal yang tidak tampak secara kasat mata, lalu mendengar suara yang lirih dari ujung langit.
Begitulah bahasa bumi dapat terkuak. Ayat-ayat diri dapat dibaca dengan jelas dan pasti, seperti yang sudah tersurat dan tersirat di dalam sunnatullah yang sebelumnya hanya menjadi rahasia Tuhan. Padahal, melalui surat yang dikirim dari langit, sudah terlampir juga anjuran-Nya yang bijak untuk membaca dan membaca yang penuh dengan peringatan untuk dikakukan terus menerus. Sebab kandungan hikmah dan maknanya penuh kebijakan yang dapat dan patut dijadikan penuntun.
Begitulah jalan spiritual yang terang untuk menggamit kebahagiaan dalam kepemilikan yang sedikit, namun cukup. Seperti kesederhanaan yang terbakar tidak pernah berlebih. Lalu menikmati semua yang datang maupun yang pergi dengan penuh rasa ikhlas dan bersyukur tiada perlu diukur. Lantaran kesadaran dengan segenap pemahaman yang cukup, tiada pernah berlebih. Sabab takarannya sudah pasti, tak pernah akan kurang, pun tidak pernah akan berlebih.
Kebersamaan dalam sikap yang ugahari telah selesai untuk tidak lagi dikalkulasi dengan untung maupun rugi. Sebab material itu sungguh sedikit kadar spiritualnya yang mampu diperas dari saripatinya sekalipun.
Maka itu, spiritualitas semakin dipercaya oleh banyak orang sebagai therapy psikologis kronis yang terkontaminasi virus korupsi yang tidak mungkin dapat disembuhkan oleh klinik politik maupun koperasi para pengusaha yang sukses lewat perniagaannya yang menggurita sekalipun. Lantaran penyakit kronis yang menggerogoti orang kaya yang selalu merasa miskin, persis trauma para penguasa yang selalu dibayangi dan dikejar oleh hantu power sindroma.
Jadi, spiritual sebagai therapy bangsa yang sakit akut — tidak beretika, a moral dan akhlak yang bobrok — hanya mungkin sembuh menjalani therapy spiritual untuk menguras kerusakan batin dan jiwa yang mungkin sudah kropos.