Fenomenal Masjid Jogokariyan Dengan 3.500 Ta’jil Berbuka Puasa Selama Bulan Ramadhan
Fenomenal Masjid Jogokariyan Dengan 3.500 Ta’jil Berbuka Puasa Selama Bulan Ramadhan
Oleh : Jacob Ereste Wartawan Lepas
Fenomena Masjid Jogokariyan sangat menarik hingga mampu menyuguhkan takjil untuk jamaah yang berbuka puasa sebanyak 3.500 orang. Artinya, jika tidak takjil itu bernilai Rp 20.000,- saja per porsi maka dana yang perlu disediakan minimal Rp 70 juta setiap hari. Lalu untuk satu bulan dapat dipastikan memerlukan dana sebesar Rp 2.100.000.000 atau dua milyar seratus juta rupiah.
Masalahnya memang nilai material tidak bisa dibanding dengan nilai spiritual yang lebih mahal dari nilai material. Karenanya, pengelola Masjid Jogokariyan terkesan enjoy-enjoy saja, lantaran yang lebih penting adalah manajemen pengelolaannya bersih dan terbuka seperti menunaikan ibadah yang harus bersih, jujur dan ikhlas, sehingga donaturnya pun merasa penuh keriangan dan kegembiraan menyalurkan dananya untuk dikelola oleh pengurus Masjid Jogokariyan yang sangat terbuka seperti melibatkan kaum Ibu dari kampung setempat dan sekitarnya dengan kerja suka rela pula penuh keikhlasan.
Artinya, pengurus Masjid semakin banyak memperoleh keuntungan — tak hanya sebatas terbebas dari upah kerja — tetapi juga semakin memperluas dan memperbanyak keterlibatan warga masyarakat dalam kegiatan Masjid dengan beragam program dan kegiatannya. Mulai dari ceramah, pengajian, hingga pasar murah bersama UMKM.
Seperti kajian Ramadhan tahun 2025 yang telah padat terjadwal dengan baik jelas menunjukkan manajemen administrasinya yang sehingga dapat berjalan lancar dengan melibatkan para ahli yang kompeten dalam bidangnya yang terkait dengan nilai-nilai keagamaan untuk mencerdaskan dan mencerahkan yang termuat dalam akun resmi Masjid Jogokariyan.
3.500 takjil untuk berbuka puasa setiap hari yang disajikan pengurus Masjid Jogokariyan setiap hari membuktikan bahwa manajemen masjid yang dikelola dengan baik dan benar akan dapat berkembang dengan pesat karena mendapat kepercayaan dan dukungan dari umat Islam sendiri yang merasakan kegembiraan dan kebahagiaan dalam pelaksanaan kegiatan di Masjid Jogokariyan hingga layak dan patut menjadi contoh, tidak hanya oleh kalangan pengelola masjid, tetapi juga bagi lembaga pengelola dana dari umat asalkan amanah mengelola dana dari umat yang bisa terhimpun tiada batas jumlahnya.
Agaknya, dari sistem manajemen yang terbuka dalam mengelola beragam kegiatan di Masjid Jogokariyan yang tidak hanya sebatas ibadah dalam arti sholat semata, perkembangannya yang pesat dan menakjubkan patut menjadi rujukan bagi lembaga keagamaan menjadikan sistem pengelolaan Masjid Jogokariyan sebagai model kajian untuk dapat dikembangkan dalam bentuk usaha lain yang dapat memberi banyak manfaat bagi umat, mungkin tidak hanya sebatas untuk dinikmati kaum Muslimin semata. Karena sangat mungkin ada saja diantara 3.500 lebih hadirin yang ikut menikmati takjil di Masjid Jogokariyan, ada saja diantaranya yang non Muslim. Jika pun memang ada diantaranya yang hadir dan ikut menikmati takjil yang demikian banyak itu, toh tidak menjadi masalah. Sebab makna rahmatan lil alamin yang diusung oleh Islam memberi peluang untuk dapat dipahami bahwa makna rahmatan Lil alamin itu tidak hanya sebatas bagi umat Islam semata.
Begitulah memaknai rahmatan lil alamin yang lebih bijak dan Arif dari konsepsi Islam yang bersifat universal dalam menyerukan kasih dan sayang bagi seluruh alam dan seisinya, teristimewa untuk manusia yang dipercaya oleh Tuhan sebagai Khalifah di muka bumi.