Puncak Fitnah Dajjal Pasca Malhamah Kubra Dalam Analisis Dan Opini
Puncak Fitnah Dajjal Pasca Malhamah Kubra Dalam Analisis Dan Opini
Penulis : Abah Roy Ketua DPC Aswin Kota Cirebon
Dalam Eskatologi Islam, Malhamah Kubra atau perang besar digambarkan sebagai konflik global yang menghancurkan peradaban modern. Peristiwa ini menjadi pembuka bagi fitnah terbesar dalam sejarah manusia, yaitu kemunculan Dajjal.
Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Dajjal akan muncul setelah perang dahsyat. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Al-Malhamah, pembebasan Konstantinopel, lalu keluarnya Dajjal dalam waktu tujuh bulan.” (HR. Abu Dawud, 4294; Al-Hakim, 4/468; Ahmad, 4/273).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa jeda antara perang besar dan keluarnya Dajjal adalah tujuh tahun. Ini menunjukkan bahwa dunia pasca-malhamah akan berada dalam kondisi krisis berkepanjangan, situasi yang memungkinkan Dajjal untuk muncul sebagai penyelamat semu dan menguasai umat manusia.
Opini dan analisis para ulama serta pengamat kontemporer mengenai peristiwa ini bervariasi. Syekh Imran Hosein dalam video “MENGHADAPI KIAMAT INTERNET” menjelaskan bahwa perang ini kemungkinan besar melibatkan senjata pemusnah massal, seperti nuklir, yang menyebabkan kehancuran global. Dengan berakhirnya peradaban modern, manusia akan menghadapi kelangkaan pangan, air bersih, runtuhnya jaringan listrik, serta polusi udara yang ekstrem.
Namun, ada juga yang berpendapat bahwa tantangan terbesar umat manusia pasca-malhamah bukan hanya kehancuran fisik, tetapi juga perang ideologi dan keimanan. Fitnah Dajjal bukan sekadar ilusi kesejahteraan, tetapi juga strategi licik untuk menundukkan umat manusia melalui sistem global yang dikendalikan oleh segelintir elite.
Bagaimana Dajjal Memanfaatkan Kondisi Ini?
Dalam dunia yang porak-poranda, Dajjal akan muncul sebagai pemimpin yang menawarkan “solusi” bagi umat manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dajjal datang dengan membawa air dan api. Namun apa yang terlihat sebagai air adalah api, dan yang tampak sebagai api adalah air.” (HR. Bukhari, 7130; Muslim, 2934).
Hadis ini menggambarkan tipu daya Dajjal yang akan menawarkan kesejahteraan bagi mereka yang tunduk kepadanya, padahal hakikatnya adalah kehancuran. Ia akan menguasai sumber daya yang tersisa dan menggunakannya sebagai alat kendali. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dajjal akan datang kepada suatu kaum, lalu mereka mempercayainya, maka dia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan, dan bumi untuk menumbuhkan tanaman.” (HR. Muslim, 2937).
Sebaliknya, mereka yang menolak Dajjal akan dibiarkan dalam kelaparan dan kehausan. Ujian ini akan menjadi pembeda antara mereka yang teguh dalam iman dan mereka yang tergoda oleh fitnahnya.
Kesimpulan dan Refleksi
Hadis-hadis tentang Dajjal mengajarkan bahwa umat Islam harus mempersiapkan diri menghadapi ujian besar ini dengan keimanan yang kokoh dan ketahanan fisik. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama dari Surah Al-Kahfi, maka dia akan terlindung dari fitnah Dajjal.” (HR. Muslim, 809).
Selain persiapan spiritual, umat Islam juga harus:
1. Membangun Ketahanan Pangan dan Air
2. Memahami Bahaya Teknologi yang Dapat Dimanfaatkan Dajjal
3. Mendidik Generasi agar Memahami Fitnah Dajjal
Malhamah Kubra bukan sekadar perang biasa, tetapi titik balik sejarah yang akan mengubah tatanan dunia secara drastis. Dalam kondisi dunia yang hancur, Dajjal akan muncul sebagai penguasa yang menawarkan kesejahteraan semu. Namun, hanya mereka yang memiliki iman teguh yang akan mampu melihat kebohongannya.
Rasulullah ﷺ telah memberikan panduan jelas untuk menghadapi fitnah ini agar tidak terlena oleh dunia hingga akhirnya terjerumus dalam tipu daya Dajjal.
Jika dikaitkan dengan “Puncak Fitnah Dajjal Pasca Malhamah Kubra”, situasi perang antara Israel dan Palestina, serta kebijakan Presiden Donald Trump, dapat dilihat sebagai bagian dari dinamika akhir zaman dalam eskatologi Islam.
1. Peran Perang dan Kekacauan Global Dalam narasi eskatologi Islam, Malhamah Kubra digambarkan sebagai perang besar yang akan menghancurkan peradaban dan memicu krisis global. Konflik Israel-Palestina, terutama dengan dukungan kuat AS di bawah Trump, dapat dipandang sebagai bagian dari ketegangan geopolitik yang berkontribusi pada meningkatnya eskalasi perang di Timur Tengah.
2. Dukungan AS terhadap Israel dan Nubuat Akhir Zaman Trump dikenal sebagai salah satu pemimpin AS yang paling pro-Israel, bahkan secara simbolis mendukung klaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ini selaras dengan hadits yang menyebutkan peran Yahudi dalam fitnah akhir zaman dan peristiwa besar menjelang munculnya Dajjal. Pohon gharqad yang disebut dalam hadits juga dikaitkan dengan persiapan kaum Yahudi dalam menghadapi perang besar.
3. Krisis Pasca perang dan Kemunculan “Penyelamat Semu” Setelah setiap konflik, dunia memasuki fase ketidakstabilan, di mana krisis pangan, kehancuran ekonomi, dan ketidakadilan sosial semakin meningkat. Dalam konteks eskatologi Islam, kondisi ini dapat menjadi lahan subur bagi munculnya Dajjal sebagai sosok “penyelamat” yang menawarkan solusi ilusi kepada umat manusia.
4. Media dan Teknologi sebagai Alat Fitnah Era Trump juga ditandai dengan penggunaan teknologi dan media sosial untuk memanipulasi opini publik dan menyebarkan propaganda. Ini dapat dikaitkan dengan fitnah Dajjal, yang dalam berbagai riwayat disebut memiliki kemampuan untuk menipu manusia dengan ilusi dan kebohongan yang tampak sebagai kebenaran.
Kesimpulan
Perang Israel-Palestina dan kebijakan Trump mencerminkan bagaimana dunia semakin mendekati skenario kekacauan global yang digambarkan dalam eskatologi Islam. Pasca perang, ketidakstabilan dunia dapat menjadi jalan bagi fitnah besar, di mana narasi “penyelamat semu” semakin menguat. Hal ini menegaskan pentingnya memahami tanda-tanda zaman dan mempersiapkan diri dengan keimanan yang kokoh untuk menghadapi ujian akhir zaman.
Evaluasi Dan Pembekalan Mahasiswa Prodi Keperawatan Di Polindra IndramayuINDRAMAYU-ASWINNEWS.COM- Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) menggelar evaluasi…