Sejarah,Amalan,Dan Perbedaan Pandangan Ulama Tentang Malam Nisfu Sya’ban

Sejarah,Amalan Dan Perbedaan Pandangan Ulama Tentang Malam Nisfu Sya’ban

Penulis : Abah Roy
Ketua DPC Aswin Kota Cirebon

Malam Nisfu Sya’ban menjadi momen istimewa bagi umat Islam di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Banyak kaum Muslim menghidupkan malam ini dengan beragam amalan ibadah, salah satunya adalah pembacaan Surah Yasin sebanyak tiga kali. Namun, di tengah tradisi yang mengakar kuat ini, perbedaan pendapat atau khilafiyah di kalangan ulama terus berkembang.

Amalan yang Dipercaya Membawa Keberkahan

Sejumlah ulama dari madzhab Syafi’i, Maliki, dan Hambali mendukung amalan ini dengan berlandaskan beberapa riwayat tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Al-Baihaqi menyebutkan bahwa pada malam pertengahan bulan Sya’ban, Allah membuka pintu ampunan bagi seluruh hamba-Nya, kecuali bagi mereka yang berbuat syirik dan memelihara permusuhan.

Selain itu, dalam literatur klasik seperti Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali dan Ad-Durr Al-Mantsur karya Imam As-Suyuthi, disebutkan bahwa para ulama terdahulu menghidupkan malam ini dengan ibadah. Tradisi pembacaan Surah Yasin sebanyak tiga kali dengan niat berbeda—untuk panjang umur, dijauhkan dari bala, dan dikuatkan dalam iman—telah menjadi bagian dari ritual keagamaan di banyak wilayah Muslim, termasuk di Indonesia.

Pandangan yang Menolak Kekhususan Amalan Ini

Di sisi lain, kalangan Salafi dan sebagian ulama Hambali berpendapat bahwa tidak ada dalil kuat yang secara eksplisit menganjurkan pembacaan Surah Yasin pada malam Nisfu Sya’ban. Mereka menilai hadis-hadis tentang keutamaannya umumnya berstatus dha’if (lemah) atau bahkan maudhu’ (palsu).

Mereka menekankan bahwa Rasulullah ﷺ dan para sahabat tidak pernah secara khusus membaca Surah Yasin tiga kali pada malam Nisfu Sya’ban. Oleh karena itu, mereka lebih menganjurkan umat Islam untuk beribadah dengan cara yang lebih umum, seperti shalat malam, memperbanyak doa, istighfar, dan membaca Al-Qur’an tanpa mengkhususkan satu surah tertentu.

Menghormati Perbedaan dan Memelihara Persatuan

Di tengah perbedaan ini, umat Islam diharapkan tetap menjaga sikap saling menghormati. Bagi mereka yang mengamalkan pembacaan Surah Yasin, hendaknya tetap melakukannya dengan penuh keikhlasan tanpa menganggapnya sebagai kewajiban syar’i. Sebaliknya, bagi yang tidak mengamalkannya, sebaiknya tidak mudah menyalahkan tradisi yang telah berlangsung lama di tengah masyarakat.

Pada akhirnya, malam Nisfu Sya’ban tetap menjadi waktu yang penuh keberkahan, di mana setiap Muslim dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang terbaik sesuai dengan pemahaman mereka.

Kota Cirebon,13/2/2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *