Makna Spiritualitas Dalam Beragam Kalender Yang Mengacu Pada Peredaran Bulan Dan Matahari Terhadap Bumi Bagi Manusia
Oleh : Jacob Ereste
Wartawan Lepas
Etnis China di perantauan maupun di tempat asalnya Tiongkok, selalu terkesan serius memperingati hari bersejarah keagamaan maupun kebudayaan mereka, seperti perayaan Imlek yang menandai tahun baru China, termasuk di Indonesia.
Penghormatan terhadap momen bersejarah ini bersanding langsung dengan keteguhan etnis lain, terutama bagi umat beragama seperti dalam perayaan tahun baru hijriah. Agak lain misalnya dengan langgam perayaan tahun saka Jawa yang dipadu dengan penanggalan tahun hijriah. Padahal, tahun baru Hijriah atau tahun baru Islam berbasis pada agama, tidak hanya pada budaya semata. Karena Tahun Baru Hijriah punya menandai peristiwa penting memperingati saat hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Peristiwa itu terjadi pada 2 Muharam yang menandai mulainya penanggalan tahun Hijriyah.
Karena itu di berbagai daerah Indonesia peringatan Tahun Baru Hijriah dirayakan dengan beragam corak budaya keagamaan yang khusuk dan penuh makna hingga beragam pujian serta suguhan pertunjukan maupun hidangan makanan yang berasal dari masing-masing warga setempat sebagai wujud rasa syukur atas semua berkah harta benda hingga kesehatan dan kenikmatan lainnya yang diyakini sebagai pemberian dari Allah SWT.
Kalender Hijriah yang dimulai pada jaman Khalifah Ar Rasidin kedua, yaitu Umar Al Faruq. Jadi betapa pentingnya penanggalan hijriah sebagai paradigma sejarah Islam bagi seorang Nabi dan Rasul membentuk pemerintahan serta berdakwah dalam sekala global hingga Agama Islam menyebar ke seluruh pelosok dunia.
Syahdan, dalam bahasa Arab, tahun hijriah juga disebut Qomariyah, karena mengikuti perputarsn bulan. Sedangkan tahun Masehi disebut dengan Syamsiah, karena mengikuti perputaran matahari.
Tahun baru Islam atau Tahun Baru Hijriah diperingati berdasarkan peringatan hijriah, yaitu penanggalan yang berdasarkan peredaran bulan. Sehingga Tahun Baru Hijriah atau Tahun Baru Islam jatuh pada awal bulan Muharram. Hijrah itu sendiri merupakan simbol perpindahan dari masa Jahiliyah ke masa Madani. Dan jumlah hari dalam satu tahun hijriah sebanyak 345 sampai 355 hari. Sedang penanggalan Masehi sebanyak 655 sampai 366 hari dalam satu tahun.
Dalam penanggalan tahun Hijriah terdapat 12 bulan, yaitu Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal serta bulan Dzulqa’idah dan Dzulhijjah.
Semua nama bulan dalam kalender Hijriah mempunyai makna haram (dilarang), Rabiul Awal (musim semi pertama), Jumadil Awal (musim kering atau membeku), Rajab (salah satu dari empat bulan suci), Ramadhan (bulan paling mulia), Syawal (perayaan yang Fitri), Dzulga’idah (saat istirahat atau duduk), Dzulhijjah (bulan yang suci). Kalender Hijriah menjadi acuan ketetapan momen yang penting bagi umat Islam seperti ibadah puasa, ibadah haji, perayaan hari raya Aidul Fitri dan perayaan Hari Raya Aidil Adha.
Uniknya, bulan Rajab menjadi sangat sakral dan memiliki muatan spiritual yang tinggi karena melarang segala bentuk peperangan. Juga pada bulan yang sama, terjadi peristiwa Isra’ mi’raj — yang ditandai oleh Nabi Besar Muhammad SAW naik ke langit dan menerima perintah sholat lima waktu yang menjadi bagian dari patokan iman umat Islam. Sehingga, kaum Muslimin dapat semakin memperbanyak bentuk ibadah serta perbuatan yang baik sesama manusia dan lingkungan hidupnya.
Demikian juga kalender Jawa yang mengacu pada peredaran bulan terhadap bumi. Meski unsur Islam dan Hindu cukup dominan, tapi kalender Jawa ini otentik ciptaan Sultan Agung, Raja dari Kesultanan Mataram. Perbedaannya dengan kalender lain adalah perpaduan dari kalender Hijriah dengan kalender Saka. Istimewanya ada siklus 8 tahun (Windu) hingga konsep weton yang dikombinasikan dari 7 hari dan 5 pasaran.
Di dalam kalender Jawa hanya ada 29 sampai 30 hari saja dalam satu bulan. Konon, kalender Jawa diciptakan berdasarkan asal usul atau isi semesta. Sehingga sering juga disebut Sangkan Paraning Bawono. Dan yang menarik adanya neptu pahing, Kliwon dan seterusnya sangat yang dipercaya dapat dijadikan patokan untuk mencari jodoh dan keberuntungan lainnya dalam hidup dan kehidupan yang penuh misteri dan hanya perlu dilakoni dan diterima secara spiritual.
Dalam sejarah umat Islam, penanggalan hijriah dimulai pada jaman pemerintahan Umar bin Khattab. Dan sebagai Khalifah kedua — Umar bin Khattab — sangat berperan dalam menetapkan kalender Hijriah untuk kepentingan pemerintahannya yang semakin besar. Bagi Muslim Syiah dan Muslim Sunni sepakat untuk merayakan tanggal 2 Muharam. Meski pemaknaannya berbeda. Bagi kaum Syiah, perayaan Muharam adalah hari peringatan dan bukan hari kegembiraan. Sehingga acaranya dilakukan dengan berkabung selama 10 hari.
Tapi sejak tahun 2019, Arab Saudi merayakan Tahun Baru Masehi. Seperti di Riyadh dan Jeddah telah memperingati perayaan tahun baru Masehi yang terkesan sangat spesial seperti yang telah dominan terjadi juga di Indonesia.
Penetapan tahun (baru) Masehi berdasarkan siklus revolusi bumi mengelilingi matahari yang berdasarkan pada kalender Julian dan Gregorian yang bermula pada abad ke 8 Sebelum Masehi (SM) atas inisiatif Numa Pompilius, Raja kedua Roma yang menambahkan dua bulan pada kalender Romawi, yaitu Januari dan Februari. Lalu Julius Caesar menyempurnakan kalender Romawi itu dengan bantuan ahli astronomi dan matematika. Hingga Paus Gregorius XIII menetapkan 1 Januari sebagai tahun baru pada 24 Februari tahun 1582. Dan perayaan Tahun Baru Masehi dikaitkan dengan Dewa Janus, dewa bangsa Romawi yang memiliki dua wajah dan kemampuan melihat masa lalu dan menerawang masa depan. Jadi jelas, semua penggalan yang ada memiliki bobot spiritual yang beragam pada masa dan dari mana asal muasal kehadirannya sehingga seperti apa adanya sekarang.
Lain lagi ceritanya sejarah Tahun Baru China yang acap disebut Imlek atas dasar pergerakan bulan mengitari bumi, selama 29,5 hari dalam sebulan. Jadi, tahun baru Imlek dihitung atas dasar kalender Lunar Tionghoa yang berbeda dengan kalendar Masehi. Sehingga waktu Imlek bisa berbeda pada setiap tahun, namun tetap berlangsung pada waktu yang sama dalam kalender Lunar. Sehingga perayaan Imlek jatuh pada akhir bulan Januari hingga pertengahan bulan Februari Tahun Masehi.
Biasanya perayaan Imlek pun menjadi momentum untuk menyampaikan rasa syukur atas segala sesuatu yang telah didapat — dicapai — pada tahun sebelumnya.
Dua bentuk kalender Lunar Tionghoa untuk menentukan perayaan Imlek, yaitu kalender Kongzili. Perbedaan dari kedua kalender China ini.
Kongzili atau yang lebih dikenal sebagai kalender Masehi berbasis pada Matahari (sokar). Prinsipnya didasarkan pada peredaran bumi yang mengelilingi Matahari. Sehingga memiliki 365 hari dalam setahun. Atau 366 hari pada tahun kabisat. Sedangkan setiap bulan memiliki durasi yang tetap, yaitu 30 atau 31 hari hampir sama dengan kalender Masehi.
Kalender Lunar Tionghoa disebut Lunisolar. Artinya, perhitungan yang menggabungkan pergerakan bulan mengelilingi bumi dan posisi matahari. Setiap tahun pun, kalender ini memiliki 12 bulan dengan durasi setiap bulan berkisar antara 29 hingga 30 hari.
Uniknya, pada tahun tertentu, kalender ini bisa memiliki bulan tambahan (bukan kabisat) untuk menyesuaikan dengan pergerakan matahari.
Tahun Baru Kongzili selalu jatuh pada 1 Januari seperti kalender Tahun Masehi. Sehingga tahun baru Lunar atau yang sering disebut Imlek itu jatuh pada tanggal yang berbeda setiap tahun. Sehingga berkisar antara akhir Januari hingga pertengahan bulan Februari pada tahun Masehi. Tetapi selalu berlangsung pada waktu yang sama dalam kalender Lunar.
Yang terpenting, kalender Lunar menjadi patokan utama dalam budaya warga Tionghoa, utamanya dalam menentukan perayaan budaya dan tradisional seperti Imlek, Festival Lampion, Festival Qingming dan festival pertengahan musim gugur. Karena itu wajar banyak warga Tionghoa yang menggunakan perhitungan kalender Lunar untuk menentukan hari yang baik hingga Feng Shui maupun acara yang dianggap penting lainnya.
Dalam kalender Lunar ada zodiak Tionghoa dan lima elemen sifat dari logam, air, kayu api dan tanah. Kalender Lunar juga ditandai 12 hewan zodiak, mulai dari tikus, kerbau, harimau, kelinci, babi dan lain-lain untuk melihat peruntungan pada tahun tersebut.
Agaknya, begitulah makna spiritualis dari beragam kalender ciptaan manusia yang mengacu pada peredaran Bulan atau Matahari terhadap Bumi bagi manusia hingga mampu menandai banyak pertanda dan isyarat yang baik bagi hidup dan penghidupan.
Banten, 10 Februari 2025
—
Pangdam Kasuari : Jangan Hanya Menjadi Pengamat, Tetapi Jadilah Motor Penggerak Perubahan Dalam Tubuh TNI…
Beri Pembekalan Retret Kepala Daerah, Wapres Minta Kepala Daerah Satu Visi Dengan Presiden PrabowoMAGELANG-ASWINNEWS.COM -…
Evaluasi Dan Pembekalan Mahasiswa Prodi Keperawatan Di Polindra IndramayuINDRAMAYU-ASWINNEWS.COM- Politeknik Negeri Indramayu (Polindra) menggelar evaluasi…
Jombang Police Holds First Stage of Corn Harvest, Supports National Food Self-SufficiencyJOMBANG-ASWINNEWS.COM - Jombang Police,…
Polres Jombang Panen Raya Jagung Tahap I, Dukung Swasembada Pangan Nasional JOMBANG-ASWINNEWS.COM - Polres Jombang,Rabu…
https://www.youtube.com/watch?v=trrmD8xqIb8