Perlawanan Yang Gigih Dan Perjuangan Yang Tangguh Pemimpin Spiritual Dalai Lama Hingga Menjelang Usia 90 Tahun

Perlawanan Yang Gigih Dan Perjuangan Yang Tangguh Pemimpin Spiritual Dalai Lama Hingga Menjelang Usia 90 Tahun


Oleh : Jacob Ereste
Wartawan Lepas



66 tahun sudah sejak Dalai Lama melarikan diri dari tanah leluhurnya di Tibet di tengah tindakan kekerasan Tiongkok yang berpuncak pada Maret 1959 sampai sekarang. Catatan sejarah ini mengingatkan pada ambisi China untuk menganeksasi bangsa Tibet tunduk dalam kekuasaannya yang akan terus diperluas sampai sekarang.

Tiongkok yang memiliki jumlah penduduk terbesar kedua sebanyak 1,42 milyar, setelah India yang memiliki jumlah penduduk 1,45 milyar memang sangat membutuhkan ruang hidup yang lebih luas, sehingga sekarang tampak melakukan program mengirim rakyatnya untuk berimigran keberbagai negara di dunia, dan Indonesia menjadi pilihan utama yang menggiurkan untuk dijadikan tempat tinggal dan meneruskan penghidupan yang lebih layak dan lebih enak di masa mendatang. Karena itu tekanan terhadap segenap warga bangsa Indonesia semakin terasa berat menghadapi persaingan di negeri sendiri dengan warga bangsa pendatang yang masuk sampai ke ujung desa maupun hutan di pedalaman yang mungkin belum pernah dikunjungi oleh warga bangsa sendiri.

Aneksasi terhadap bangsa Tibet oleh pemerintah rakyat Tiongkok jelas tercatat pada 6 Oktober 1950 – 23 Mei 1951. Daerah otonom Tibet adalah entitas setingkat provinsi yang diperintah oleh Pemerintah Rakyat yang dipimpin oleh seorang ketua yang berada di bawah Sekretaris Cabang Partai Komunis Tiongkok.

Karenanya, Tibet hingga sekarang berada dibawah kekuasan Tiongkok. Budaya Tibet dan agama Budha menjadi bagian dari budaya Tiongkok.

Dalam agama Budha terdapat kelompok-kelompok kode moral untuk mencapai kesempurnaan, yaitu kemurahan hati, moralitas, kesabaran, keberanian, konsentrasi dan kebijaksanaan. Maka itu semangat hidup bangsa Tibet bertumpu pada penjelmaan sifat dan sikap Budha, meski Budha itu sendiri bukan Tuhan. Sebab pengikut Budha pun tidak menekankan pada peran Tuhan sebagaimana keyakinan yang ada pada umat agama lainnya.

Dalam kondisi tekanan yang berat dari Tiongkok, Dalai Lama terpaksa memilih untuk mengungsi meninggalkan Tibet pada malam hari, tanggal 17 Maret 1959 ke tempat pengasingannya di India yang berada di bawah Gunung Himalaya. Sampai kini pun, Dalai Lama tidak dapat pulang ke kampung halamannya di Tibet. Ketika semua itu terjadi, usia Dalam Lama masih 23 tahun dengan cara menyamar sebagai tentara agar dapat lolos dari penjagaan yang ketat. Ia menempuh perjalan berliku dalam suasana yang penuh dengan dimensi spiritual hingga mencapai tempat pengasingan yang aman dan selamat memasuki wilayah negera India.

Sebagai Pemimpin bangsa Tibet, Dalai Lama dianggap sebagai tokoh utama perlawanan Tibet dari tekanan Tiongkok. Maka itu, saat menerima undang kunjungan datang ke Markas Militer pemerintah Tiongkok tanpa diperbolehkan disertai pengawalan itu, ini berarti sebuah jebakan yang bisa membahayakan dirinya. Karena itu, bersama pengikutnya Dalai Lama memilih untuk mengungsi, mencari suaka ke India dengan menyusuri lereng pegunungan Himalaya untuk sampai ke tempat pengasingannya di India sampai sekarang.

Pada tahun 1959 penindasan China Tiongkok memang semakin intensif di Tibet. Tapi secara mengejutkan Tiongkok menawarkan rekonsiliasi dengan datang ke China.

Orang-orang Tibet yang ikut mengungsi ke India tetap gigih melakukan perlawanan dengan cara mengkampanyekan tindakan pemerintah
Tiongkok yang melakukan tindak kekerasan, tekanan, penganiayaan agar Tibet tunduk dan mau berada di bawah kekuasaan Tiongkok. Keberadaan Dalai Lama di India yang aman dan nyamah karena mendapat perlindungan serta perlakuan yang baik dari pemerintahan India, terus mengundang arus pengungsian warga masyarakat Tibet mengikuti dalam skala yang lebih besar.

Dari berbagai catatan para pengamat politik dan kemanusiaan internasional, pelarian dramatis Dalai Lama dari Tibet memperoleh suaka di India menjadi momen penting dalam perjuangan dan perlawanan bangsa Tibet terhadap pendudukan China terkait evolusi hubungan antara India dengan China.

Pilihan tempat pengungsian Dalai Lama di Kota Dharamshala, India yang berada di kaki gunung Himalaya, berbatasan dengan Nepal, Cina dan Tibet.

Perseteruan Tibet yang merasa terusik oleh kekuasaan China Tiongkok mulai memanas pada tahun 1958 dengan tokoh utamanya Dalai Lama XIV yang menghadapi serangan tanpa henti dari China di bawah Pemerintahan Perdana Menteri Mao Zedong yang dihadapi rakyat Tibet dengan gigih. Begitulah, sejak usia 16 tahun Dalai Lama telah menjadi pemimpin politik bangsa Tibet dalam menghadapi aneksasi China yang menginginkan Tibet berada di bawah kekuasaan Tiongkok. Sejak usia 2 tahun saat masih bernama Lhamo Dhondup, ia dipercaya sebagai reinkarnasi Dalai Lama XIII, yaitu Thubten Gyatso. Sebagai tokoh spiritual sekaligus pemimpin politik bangsa Tibet, Tenzin Gyatno yang kemudian disebut Dalai Lama XIV, kini akan genap berusia 90 tahun pada 6 Juli 2025. Keteladanan, ketangguhan dan kegigihannya berjuang demi kemanusiaan, rela terusir dari kampung halaman sendiri untuk terus melakukan perlawanan menghadapi kebhatilan dan kezaliman dari kekuasaan yang rakus dan tamaj. Padahal, warga bangsa Tibet hanya ingin hidup tenang, nyaman dan tenteram, tanpa ingin diusik dan mengusik warga bangsa yang lain.

Permenungan pada perlawanan dan perjuangan yang gigih dari tokoh spiritual dan pemimpin politik Bangsa Tibet ini relevan saat menikmati suasana Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW 1446 Hijriyah pada 27 Januari 2025 serta perayaan Imlek 2576 pada 29 Januari 2025. Sehingga rahmatan lil alamin dapat menebar pada seantero jagat meliputi segenap makhluk serta alam semesta yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada manusia sebagai khalifah di bumi.

Banten, 29 Januari 2025

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *