Duka Cita Kami Atas Wafatnya Aktivis dan Pejuang Untuk Rakyat : Effendi Saman SH
Duka Cita Kami Atas Wafatnya Aktivis dan Pejuang Untuk Rakyat : Effendi Saman SH
Oleh : Jacob Ereste Wartawan Lepas
Tragika meninggalnya seorang sahabat aktivis yang terbilang cukup riuh sepak terjangnya berjuang untuk rakyat sekaliber Effendi Saman yang saya kenal sejak era Orde Baru ketika memimpin Lembaga Bantuan Hukum Nusantara, sungguh menyedihkan. Sejak pagi tadi, Rabu 29 Januari 2025 mendapat berita lelayu itu, sejumlah aktivis yang dikonfirmasi termasuk rekan wartawan — tidak dapat diperoleh kejelasan tentang kapan, dimana, sakit apa lantas hendak dikebumikan dimana ?
Kawan dari luar kota sedikit menerangkan ikhwal meninggalnya Aktivis hukum, perburuhan dan demokrasi Indonesia ini sekarang katanya berada di rumah duka, Jl. Pondok Cipta Mas Blok B 8, Leuwigajah, Cimahi Selatan, Jawa Barat. Rencananya hari ini, Rabu, 29 Januari 2025 pukul 10.00 akan di kebumikan di pesarean daerah setempat.
Menurut kawan aktivis yang lain, diperoleh informasi dari pihak keluarga Effendi Saman meninggal pada hari Selasa, 28 Januari 2025 sekitar pukul 21.15 WIB, tanpa keterangan lebih rinci hingga presesi pemakaman almarhum yang cukup luas dikenal oleh kalangan aktivis nasional maupun lokal tentang kegigihan dan ketangguhannya, seperti membangun Mimbar Bebas di Taman Ismail Marzuki hingga kemudian bermarkas di Ilew, Jl. Veteran No. 29, Jakarta Pusat.
Kesaksian ini perlu ditulis bukan sekedar ekspresi untuk rasa duka yang mendalam antar sesama aktivis, tetapi juga perlu diberikan guna menandai kepedulian sesama kaum pergerakan serta sekaligus bentuk penghormatan terakhir kepada beliau yang telah mendedikasikan diri serta seluruh perhatian dan kecintaannya kepada nusa dan bangsa.
Sebagai aktivis, saat melakukan advokasi, pendampingan serta pengarahan dan pembinaan terhadap aktivis di Bandung dan sekitarnya pada era 1994 — setidaknya pada 30 tahun silam — Effendi Saman telah membangun komunitas pergerakan bersama LBH Nusantara yang dia pimpin ketika itu. Sedangkan Desmon J Mahesa sebagai generasi penerusnya sudah terlebih dahulu meninggal dunia beberapa tahun silam. Sebelumnya pun, aktivis jurnalis Muhammad Taufik sudah mendahului bersanding dengan Allah di Surga.
Catatan yang terkesan melankolis dan emosional ini semata-mata didorong oleh rasa keprihatinan terhadap sesama aktivis yang nyaris tidak mendapat perhatian serta rasa duka. Sehingga meremang saatnya tiba kelak setiap orang pun akan menemukan titik ujungnya juga. Meninggalkan dunia yang fana ini.
Saya sungguh merasa berduka bersama seluruh keluarga, semoga almarhum mendapat tempat di sisi Allah. Dan keluarga almarhum selalu mendapat kekuatan dan keimanan yang kuat. Amin