*Calon Ketua Umum HMI Cabang Ternate Periode 2025-2026
“HMI Kembali.” Kurang lebih itu makna dari tageline Return HMI. Sebuah konsep sederhana yang bagi kami cukup memberi jawaban atas deretan pertanyaan tentang idealnya arah juang HMI. Return secara bahasa memiliki makna “kembali, mengembalikan dan atau dikembalikan, sementara dalam dunia investasi, return diartikan sebagai keuntungan maupun kerugian yang dihasilkan dari sebuah investasi dalam jangka waktu tertentu.
Pada sisi ini, return memiliki makna ganda, frasa yang kaya akan makna dan nilai. Kedua makna dan arti diatas, sama-sama memiliki makna positif sekaligus mengafirmasikan sebuah gerak maju dan gerak ke belakang. Gerak ke belakang (return) dan gerak maju kedepan tidak boleh dipahami sebagai gerakan yang dikotomis. Tetapi harus di sistematisasikan sebagai satu gerakan yang terhubung dan memiliki ketertarikan. Disinilah arti ideal dari frasa Return HMI sebagai tema besar perjuangan.
“HMI Kembali” memiliki dua makna, yaitu makna secara organisatoris dan secara etis. Secara organisatoris, “HMI kembali” merupakan sebuah seruan untuk mengembalikan HMI pada habitat/dodomi perjuanganya Secara historis, HMI didirikan di kampus, berjuang dari kampus dan kembali ke kampus.
Ini adalah fakta sejarah himpunan yang harus dipertahankan oleh seluruh anggota, kader dan alumni HMI. Aktivitas anggota HMI harus dipaksa keluar dari zona yang katanya paling nyaman (café & hotel) untuk kembali (return) menghidupkan dinamika kampus sebagai tempat asalnya dan sosial kemasyarakatan sebagai lapangan pengabdiannya.
Eksisnya anggota dan kader HMI di tempat-tempat elit merupakan aktivitas yang membuat tumbuhnya Pragmatisme. Dimana tempat-tempat tersebut sarat akan finansial yang besar. Aktivitas di tempat ini pula yang membuat HMI keluar dari kampus dan meninggalkan jejak perjuangannya sebagai organisasi yang lahir dari sana.
Akibatnya, Kampus kini dikuasai oleh komunitas-komunitas yang baru muncul belakangan, mengambil alih asset perjuangan yang telah HMI diami dari dulu. Bahkan mirisnya, HMI pun kini sering dianggap sebagai bukan bagian dari kampus/organisasi mahasiswa sehingga jangan heran, kalau setiap agenda HMI yang dilaksanakan di kampus sering mendapati kecaman,teror dan sabotase dari pihak kampus dan organisasi lainya. Sementara secara etis, “HMI Kembali” dimaknai sebagai upaya untuk selalu berpihak pada kebenaran dengan cara kembali memaknai pesan-pesan sejarah, Independensi dan NDP HMI.
Sederhananya, “HMI Kembali” adalah kembali menjadi HMI, kembali pada khittah perjuangan dan fitrah kemanusiaan. Karena secara empirik, perjuangan Himpunan sering alpa dalam setiap wacana dan dinamika sosial-masyarakat tertindas (mustadafin), HMI sekarang terjebak dalam dinamika seremonial dan konflik internal tanpa arti yang menguras tenaga,waktu dan pikiran. Hal ini dikarenakan adanya disorientasi anggota yang lebih mengutamakan kepentingan lain di luar visi ideal Himpunan. Sehingga berpengaruh pada warna konflik yang sulit untuk diselesaikan.
Padahal seharusnya, tenaga, waktu dan pikiran itu diaplikasikan secara total dalam dinamika dan ruang-ruang pengabdian HMI.
Tafsir Return HMI ini bukanlah konsep abstrak yang sulit untuk diaplikasikan, tetapi Return HMI menjadi babak awal untuk mundur selangkah melakukan penataan dan perbaikan dalam rangka melakukan pembaharuan yang memiliki daya dobrak yang lebih kuat. Dalam hukum fisika, dorongan yang kuat harus di mulai dari tekanan yang kuat pula. Hal tersebut dapat di ilustrasikan seperti kita berdiri dengan dua kaki yang menekan permukaan tanah, dorongan dari kaki kita menghasilkan tekanan yang membuat keseimbangan kita terjaga. Dalam arti, bergerak maju kedepan harus di mulai dari tempo gerakan yang memiliki tekanan yang kuat.
Untuk itulah kami mengusung tema Return HMI sebagai alas perjuangan yang akan menjadi pengarah dan penuntun kerja-kerja kami ketika terpilih. Return HMI akan kami jadikan nafas perjuangan melawan kedzoliman dengan selalu berpihak pada kaum mustadhafin.
Jika menyadari telah menyimpang, kembalilah ke Pangkalan Jalan (khittah) “ami dhan”