Advokat Dudung Badrun : Dinamika Politik,Pembangunan Dan Viral Paslon Nomor 3

Advokat Dudung Badrun : Dinamika Politik,Pembangunan Dan Viral Paslon Nomor 3



Indramayu-aswinnews.com- Seorang Advokat Senior Nasional, Dudung Badrun, SH., MH. yang berdomisili di Segeran Kidul Indramayu,Kamis (07/11/2024),kepada aswinnews.com, mengomentari dinamika kondisi pembangunan dan politik serta berita viral sikap elite politik di Indramayu.

Dudung Badrun mengatakan,bahwa
Indikator IPM yaitu
Pendidikan, Kesehatan dan Daya Beli, jika berhasil,coba khorelasikan dengan fakta-fakta berikut.

” Pendidikan, coba soroti pendidikan politik ! Ketika Dedi Wahidi (Anggota DPR RI) menyampaikan pidato dalam satu tempat mengatakan,bahwa ia telah berhasil membangun jalan dalam sejumlah besar.

Atas pernyataan tersebut,lanjut Dudung,masyarakat yang mendengar ramai ramai mengatakan, pembangunan jalan tersebut uang negara yang berasal dari rakyat, bukan uang Dedi Wakidi.

” Begitu juga ketika rombongan Bupati Nina Agustina lewat di daerah Sukra Wetan, masyarakat menyambut dengan berdiri di pinggir jalan, sambil mengacungkan dua jari, berbeda dengan kemauan Nina Agustina .” ungkap Badrun.

” Maka jika mengakui keberhasilan pendidikan politik,maka haruslah diakui pula,jika rakyat banyak yang berani kritis dan menyatakan pilihan berbeda,serta dalam pilkada,rakyat memilih dengan riang gembira sesuai dengan pikiran yang sehat ( normal ). Dengan konsekwensi sesuatu yang wajar, sekiranya Nina Agustina cukup satu periode saja.” lanjutnya.

Dudung Badrun melanjutkan komentar nya,

” Akan tetapi jika dipaksakan, Nina Agustina dengan ilmu kudu (harus) yaitu kudu / harus menang,maka sudah tergambar duka masyarakat berkepanjangan, berdasarkan fakta hal- hal sebagai berikut :

Pertama, disuguhkan contoh ,Bupati menjadi Penguasa Otoriter.

Kedua, mengajarkan rakyat melakukan pembangkangan,karena arogansi penguasa/pejabat dan komunikasi yang sakit, dengan mempertunjukkan sebagai orang kuat dengan melakukan tindakan yang sepele menjadi penting dan kontra produktif.

Dampak medsos yang memuat prilaku Nina Agustina,menjadi ledekan yang sekarang menjadi “ngetren” atau viral dalam pertemuan di masyarakat se-antero wilayah Indramayu.

Jangan kaget, jika ada yang mengatakan, Sira anake sapa ! (Kamu anaknya siapa?)

Ketiga,menjadikan hukum menjadi instrumen melakukan penindasan,untuk memperkokoh penguasa yang otoriter yang dapat berdampak buruk terhadap tata kelola pemerintahan, pembangunan dan kehidupan bermasyarakat.

” Hipotesa diatas bisa saja keliru dan dapat dibantah jika tidak sependapat dan dapat dilengkapi jika sependapat.” pungkasnya.

Red

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *